Rektor UNTAR Ahmad Sudiro memberikan sambutan di acara puncak Dies Natalis ke-66 UNTAR(Atalya Puspa/MI)
Universitas Tarumanagara (UNTAR) merayakan Dies Natalis ke-66 dengan penuh semarak. Mengusung tema Move Beyond, perayaan ini menjadi momentum bagi kampus untuk terus melaju dalam memperkuat reputasi, inovasi, dan inklusivitas. Rektor Untar Ahmad Sudiro dalam sambutannya menegaskan bahwa capaian kampus hingga hari ini merupakan buah kerja keras seluruh keluarga besar UNTAR.
“Tentu kemajuan Universitas Tarumanagara hari ini adalah berkat perjuangan Bapak-Ibu, sivitas, dan keluarga besar UNTAR. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada pimpinan universitas yang terus mendukung berbagai program, salah satunya dengan peresmian kantor Pusat Studi dan Lembaga Sertifikasi Profesi,” ujarnya dalam acara puncak Dies Natalis ke-66 UNTAR di Kampus UNTAR, Jakarta Barat, Sabtu (4/10).
Lebih dari enam dekade, perguruan tinggi swasta ini telah berkontribusi dalam mencetak lulusan yang menjunjung integritas, profesionalisme, serta semangat kewirausahaan.
Sudiro menyampaikan bahwa momen Dies Natalis bukan sekadar perayaan usia, melainkan refleksi atas capaian institusi sekaligus dorongan untuk melangkah lebih jauh.
“Dies Natalis ke-66 menjadi momentum memperkuat komitmen bersama dalam mewujudkan visi Untar menuju masa depan yang lebih gemilang,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Tarumanagara Ariawan Gunadi menekankan posisi UNTAR sebagai kampus inklusif yang memberikan kesempatan setara bagi semua kalangan.
“UNTAR adalah kampus inklusif, memberikan kesetaraan tanpa membedakan latar belakang untuk bisa bergabung di lingkungan Tarumanagara,” ungkapnya.
Ia juga menyinggung perjalanan panjang kampus yang berdiri sejak 1959 dan kini telah bertransformasi menjadi salah satu universitas besar di Indonesia.
“Enam puluh enam tahun bukan perjalanan mudah, tetapi berkat dukungan dosen, karyawan, mahasiswa, serta lembaga kemahasiswaan, UNTAR bisa sebesar saat ini. Yang paling penting adalah kolaborasi kondusif antara yayasan, universitas, dan fakultas. Kuncinya adalah kesatuan dan persatuan,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, yayasan juga memberikan beasiswa kepada Restu, seorang pengemudi ojek online yang berkesempatan mengenyam pendidikan sarjana di UNTAR. Hal itu membuktikan UNTAR yang mengedepankan inklusivitas.
“Mas Restu membuktikan bahwa setiap orang tanpa latar belakang ekonomi apapun bisa menikmati kuliah di UNTAR. Ia menjadi contoh bukan hanya untuk kampus ini, tetapi juga masyarakat Indonesia,” tutur Ariawan. (H-4)


















































