Universitas Syiah Kuala Latih Petani Aceh Besar Buat Sabun Cuci Berbahan Garam

2 hours ago 1
Universitas Syiah Kuala Latih Petani Aceh Besar Buat Sabun Cuci Berbahan Garam etani garam sedang beraktifitas dan foto bersama dengan tim dosen USK(MI/AMIRUDDIN ABDULLAH REUBEE)

PETANI garam di Gampong Garuda Kuala Gigieng, Kecamatan Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, kini memiliki produk baru dari hasil kerjanya. Berkat inisiatif pengabdian masyarakat dari tim dosen Universitas Syiah Kuala (USK), mereka tidak lagi hanya menjual garam mentah, tetapi mampu mengolah menjadi produk bernilai tambah yaitu menjadi sabun cuci piring.

Kegiatan yang didanai oleh Direktorat Pemberdayaan dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Kemdiktisaintek ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing garam lokal sekaligus membuka peluang usaha baru bagi para petani. Tim ini diketuai dosen Program Studi Ilmu Kelautan USK, Dr. Vicky Prajaputra, melibatkan anggota tim pengabdi Adinda Gusti Vonna (Agribisnis), Apt. Fajar Fakri, (Farmasi), dan Ulil Amri (Ilmu Kelautan), serta mahasiswa lintas program studi. Mereka mendampingi para petani dalam serangkaian proses, mulai dari hulu hingga hilir.

Tahap awal pendampingan dimulai dari proses dasar yakni mengubah garam krosok yang bertekstur kasar menjadi garam halus yang lebih seragam dan memiliki nilai jual lebih tinggi.

"Para petani dilatih cara pencacahan yang efektif. Mereka juga dibekali dengan pelatihan pengemasan produk. Dengan desain yang lebih menarik, garam lokal kini memiliki citra yang lebih profesional di pasaran," kata Ketua tim Vicky Prajaputra, Minggu (21/9).

Di luar urusan teknis, tim pengabdi juga memberikan pembekalan manajemen usaha dan pendampingan pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) untuk merek dagang. Langkah ini penting untuk memberikan perlindungan hukum dan memperkuat posisi produk di pasar. "Kegiatan ini merupakan wujud nyata kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat. Kami ingin mengangkat potensi garam lokal agar mampu bersaing di pasar yang lebih luas," ungkapnya.

Sabun Cuci Piring

Puncak dari program ini adalah inovasi pembuatan sabun cuci piring berbasis garam. Sejak Agustus 2025, para petani dilatih langsung untuk mengolah garam menjadi bahan utama sabun. Prosesnya meliputi pencampuran bahan hingga pengemasan produk akhir.

"Selama ini petani hanya fokus pada produksi garam mentah. Melalui pendampingan USK, kami sekarang mendapatkan pengetahuan baru untuk mengolah garam menjadi produk bernilai lebih tinggi," ucap Ketua Mitra Petani Garam, Junaidi.

Menurut salah satu anggota tim pengabdi, Adinda Gusti Vonna, sabun ini diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan tambahan yang signifikan bagi kelompok petani. Tim pengabdi pun menyerahkan serangkaian alat dan bahan pembuatan sabun agar para petani dapat melanjutkan usaha ini secara mandiri. Dengan dukungan dari DPPM Kemdiktisaintek dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) USK, program ini tidak hanya memberikan keterampilan, tetapi juga membangkitkan motivasi para petani.

"Inovasi ini akan menjadi pemicu bagi produk-produk berbasis garam lainnya, serta menjaga keberlanjutan produksi garam lokal sebagai komoditas unggulan daerah," tutur Adinda.(M-2) 

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |