Unicef: Jumlah Anak Obesitas Kini Lebih Banyak daripada Anak Kurang Gizi

8 hours ago 4
 Jumlah Anak Obesitas Kini Lebih Banyak daripada Anak Kurang Gizi Ilustrasi(freepik)

UNTUK pertama kalinya, jumlah anak obesitas di dunia melampaui mereka yang kekurangan gizi. Temuan ini dipublikasikan UNICEF dalam studi terbaru yang melibatkan data dari lebih dari 190 negara.

Laporan tersebut mencatat sekitar 1 dari 10 anak dan remaja berusia 5-19 tahun atau setara 188 juta jiwa, mengalami obesitas. Secara total, 391 juta anak di seluruh dunia kini masuk kategori kelebihan berat badan, termasuk yang obesitas.

Perubahan pola makan menjadi penyebab utama. Diet tradisional yang umumnya kaya sayur, buah, dan protein kini banyak tergantikan makanan ultra-proses. Makan ini murah, tinggi kalori, tetapi sarat gula, garam, lemak tak sehat, serta bahan tambahan.

“Obesitas pada anak adalah masalah serius yang mengancam kesehatan dan perkembangan mereka. Ini harus menjadi perhatian global,” kata Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell.

Beban Ganda Malnutrisi

UNICEF menegaskan, malnutrisi tidak lagi hanya identik dengan kekurangan berat badan. Obesitas kini masuk dalam kategori itu karena dampaknya sama berbahayanya, meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, hingga kanker di usia dewasa.

Data menunjukkan angka anak kurus usia 5-19 tahun turun dari hampir 13% pada tahun 2000 menjadi 9,2% saat ini. Namun, prevalensi obesitas justru melonjak dari 3% menjadi 9,4%. Tren ini terlihat di hampir semua kawasan, kecuali Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan.

Beberapa negara Pasifik mencatat prevalensi obesitas anak tertinggi, seperti Niue (38%), Kepulauan Cook (37%), dan Nauru (33%). Sementara di negara maju, angkanya juga mengkhawatirkan: Cile (27%), Amerika Serikat (21%), dan Uni Emirat Arab (21%).

Seruan Tindakan

UNICEF memperingatkan dampak kesehatan dan beban ekonomi yang ditimbulkan sangat besar. Pada 2035, kerugian ekonomi global akibat obesitas diperkirakan melampaui US$4 triliun per tahun.

Organisasi itu mendesak pemerintah mengambil langkah konkret, di antaranya:

  • Melarang makanan ultra-proses di kantin sekolah,
  • Mengenakan pajak pada produk tinggi gula dan lemak,
  • Mewajibkan label pangan yang lebih ketat,
  • Mendorong industri melakukan reformulasi produk agar lebih sehat.

UNICEF juga menekankan perlunya melindungi kebijakan publik dari campur tangan industri makanan ultra-proses, termasuk pelaporan resmi atas aktivitas lobi politik.

“Setiap anak berhak atas makanan bergizi dan terjangkau. Kita butuh kebijakan yang mendukung orang tua untuk memberikan asupan sehat bagi anak-anak mereka,” tegas Russell. (BBC/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |