Ilustrasi(freepik)
PRESIDEN Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat gebrakan kontroversial. Dalam unggahan di Truth Social pada Senin (29/9), ia menyatakan akan memberlakukan tarif 100% terhadap semua film yang diproduksi di luar negeri.
Meski tidak menjelaskan detail waktu maupun mekanisme penerapannya, ancaman ini mengejutkan industri perfilman. Jika terealisasi, langkah tersebut akan menjadi kali pertama AS menerapkan tarif bukan pada barang, melainkan pada jasa.
Trump sebelumnya sempat melontarkan ancaman serupa pada Mei lalu. Alasannya, banyak negara menawarkan insentif pajak bagi rumah produksi asing sehingga membuat sejumlah film Hollywood memilih syuting di luar negeri. Ia bahkan menyoroti California, yang menurutnya “paling terpukul” akibat tren tersebut.
Padahal, negara bagian itu justru telah meluncurkan berbagai skema insentif pajak untuk mendukung produksi film lokal, sebagaimana juga dilakukan beberapa kota besar lain di AS.

Industri Perfilman Kaget
Ketika isu ini pertama kali muncul, para pelaku industri film Hollywood mengaku terkejut. “Jika benar terjadi, produksi film akan nyaris terhenti total. Namun secara hukum, presiden tidak punya yurisdiksi langsung untuk melakukannya, apalagi aturan ini terlalu rumit untuk diterapkan,” kata seorang sumber industri kepada CNN.
Jay Sures, Wakil Ketua United Talent Agency, menilai alasan utama studio Hollywood memilih produksi di luar negeri adalah biaya yang lebih murah. “Bahkan lebih hemat untuk membayar tiket pesawat, hotel, dan logistik lain dibanding biaya tenaga kerja di AS yang tinggi,” jelasnya.
Dampak ke Pasar Saham dan Box Office
Pasar saham ikut bereaksi setelah pernyataan Trump. Saham Netflix turun 1% pada perdagangan Senin pagi, sementara saham perusahaan film lain seperti AMC dan Disney justru naik tipis.
Sementara itu, kondisi box office AS masih belum pulih sepenuhnya pascapandemi. Pendapatan bioskop domestik sempat menyentuh hampir US$12 miliar pada 2018, namun anjlok ke US$2 miliar pada 2020 ketika banyak bioskop tutup. Hingga kini, total pendapatan belum pernah melampaui US$9 miliar per tahun, dengan jumlah rilis film besar hanya separuh dari masa sebelum pandemi.
Meski demikian, Warner Bros. Discovery berhasil mencatat pendapatan global sebesar US$4 miliar tahun ini, menjadi studio pertama yang mencapai angka tersebut.
Tarif Lain Menyusul
Film bukan satu-satunya target Trump. Pemerintahannya juga siap memberlakukan tarif baru untuk berbagai produk: 100% pada obat bermerek tertentu, 25% untuk truk berat, 50% untuk kabinet dapur dan vanity, serta 30% untuk furnitur berlapis. Dalam unggahan terpisah, Trump bahkan menyebut akan mengenakan tarif “besar” terhadap semua furnitur impor.
Dengan ancaman kebijakan tarif yang meluas ini, tidak hanya Hollywood, tetapi juga berbagai sektor industri internasional kini menunggu langkah konkret Gedung Putih. (CNN/Z-2)


















































