Tragedi Putri Yunani versi Perempuan Suku Sasak Dipentaskan di Lombok

4 hours ago 2
Tragedi Putri Yunani versi Perempuan Suku Sasak Dipentaskan di Lombok ELOMPOK teater Bengkel Aktor Mataram (BAM) mementaskan lakon Dende Tamari yang merupakan adaptasi dari lakon Antigone ciptaan penulis Yunani kuno Sopochles, di Lombok, NTB, Sabtu (25/10).(Dok. Bengkel Aktor Mataram)

KELOMPOK teater Bengkel Aktor Mataram (BAM) mementaskan lakon Dende Tamari di Gedung Tertutup Taman Budaya Nusa Tenggara Barat (NTB), Mataram, Lombok, NTB, Sabtu (25/10). Karakter Dende Tamari yang dikisahkan merupakan perempuan pemberani asal suku Sasak itu merupakan adaptasi dari karakter Antigone, seorang putri kerajaan Theban, di Yunani, dalam lakon berjudul sama.

Seperti pada lakon drama aslinya yang diciptakan Sophocles pada 442 sebelum masehi, karakter utama Dende Tamari pun berakhir tragis. Menolak tunduk pada hukum yang menafikan nilai moral dan kasih sayang. Keberaniannya menimbulkan konflik besar yang berakhir tragis; Dende Tamari dihukum mati karena menentang hukum penguasa. Pertunjukan teater Dende Tamari, yang merupakan pementasan ke-63 dari BAM, disaksikan ratusan penonton.

“Dende Tamari adalah sosok yang melawan kekuasaan yang semena-mena. Ia akhirnya mati, tapi justru dari kematian itu lahir makna tentang kebenaran,” tegas sutradara Kongso Sukoco. Ia menambahkan bahwa kejadian pantas disebut tragedi hanya jika menimpa orang baik.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa relevansi drama Antigone dengan kondisi saat ini menunjukkan bagaimana kita masih tertinggal dalam memahami paradigma kesetaraan gender, “Padahal, ketika Antigone ditulis Sophocles ribuan tahun lalu, gagasan demokrasi dan kesetaraan sudah hidup,” sebutnya.

Kekuatan Dende Tamari bukan hanya pada narasi, tetapi juga pada perwujudan estetika yang berpijak pada bumi Lombok. Tembang tradisional, kostum daerah, dan alat musik lokal menjadi bagian dari tubuh pertunjukan.

Penonton diajak merasakan kegetiran tragedi Yunani dalam irama suling Sasak, dalam nyanyian yang lahir dari tanah sendiri. Musik dan tata artistik menjadi jembatan antara dunia klasik dan realitas lokal. Para Musisi (tradisi) - Lalu Prima Wira Putra, Nurul Maulida, Ayutara Adelya, dan Nunuk Husnul—menghadirkan harmoni antara bunyi-bunyian tradisi dan atmosfer dramatik yang membangun emosi pertunjukan.

Kepala Taman Budaya NTB, Lalu Surya Mulawarman, menyampaikan apresiasi mendalam terhadap konsistensi BAM dan relevansi pementasan kali ini. Menurutnya, Dende Tamari bukan hanya pertunjukan teater biasa, tetapi juga etalase seni pertunjukan yang mempertemukan lintas disiplin-teater, musik, seni rupa dan tradisi lokal.

“Pertunjukan ini adalah katalisator pembuka ruang dialog dan dialektika. Ia menjauhkan kita dari arogansi diri, bahkan dari arogansi personalisasi kekuasaan,” ujar Surya. “Kegiatan seperti ini penting, karena seni mesti hadir sebagai ruang pertemuan gagasan dan kemanusiaan,” tambahnya.

Dalam konteks itu, Kongso Sukoco menegaskan, teater bukan sekadar hiburan, melainkan alat untuk berpikir dan mempertanyakan, “Teater yang masih memedulikan unsur sastra akan selalu menekankan dialog dan pertanyaan. Dari situ lahir kesimpulan-kesimpulan baru dalam memahami relasi manusia,” katanya.

“Namun sekarang, tren teater mulai mengabaikan bahasa, dan menggantinya dengan efek media. Kami ingin mengembalikan kekuatan kata dan rasa,” ucapnya.

Dalam pertunjukan itu sumur batu tempat Dende Tamari dihukum menjadi metafor atas kekuasaan yang membungkam, namun sekaligus tempat lahirnya cahaya perlawanan. Ini merupakan buah keberhasilan pengarah artistik Zaeni Mohammad dan penata cahaya karya Fathul Ajis.

Pementasan ini melibatkan sejumlah aktor muda BAM yang tampil dengan intensitas emosional tinggi, di antaranya adalah Winsa, Dende Dila, Wulan Eryana Sain, Bagus Maulana, Hawa Metha, dan Febri Febrian. Sementara, manajemen panggung dipercayakan kepada Reza Ashari, dengan Mantra Ardhana sebagai penata suara, serta dukungan kru: Susan Damayanti, Lalu Farid, Syahrul Rozi, dan Akbar. (M-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |