
BALAI Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) menegaskan bahwa translokasi Badak Jawa ke Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) bukan berarti memindahkan satwa langka ini keluar dari habitatnya. Translokasi dilakukan dengan memindahkan individu badak dari semenanjung Ujung Kulon ke lokasi yang telah disiapkan secara ekologis dan dinilai aman.
Kepala Balai TNUK, Ardi Andono, menjelaskan Operasi Merah Putih Translokasi Badak Jawa bukan memindahkan badak keluar dari kawasan TNUK. Menurutnya, JRSCA berada di dalam kawasan taman nasional tersebut. Hingga 2019, enam individu badak terpantau di area itu.
“JRSCA bukan habitat buatan, area ini tetap habitat asli Badak Jawa, hanya dikelola, dibuatkan pagar supaya lebih aman, terpantau, dan memiliki peluang lebih besar untuk berkembang biak,” ujar Ardi dalam keterangan resmi, Senin (8/9).
Ia menambahkan, area tersebut diatur agar individu jantan dan betina tidak berjauhan sehingga memiliki kesempatan lebih besar untuk bertemu dan kawin.
JRSCA merupakan habitat asli yang sejak lama dihuni Badak Jawa dan difungsikan sebagai second population area. Lokasinya tidak jauh dari habitat semula, namun dibatasi pagar untuk mendukung pembentukan populasi baru yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Dengan luas 5.100 hektare, JRSCA dirancang untuk meningkatkan populasi Badak Jawa melalui strategi konservasi terukur. Pagar pengaman dibangun bertahap sejak 2010 hingga 2022, guna meminimalisir ancaman dari luar dan memperbesar peluang perkawinan alami.
Di dalam JRSCA terdapat paddock seluas 40 hektare yang terbagi menjadi beberapa kompartemen masing-masing 10 hektare, serta paddock pengembangan seluas 25 hektare.
“Kami ingin publik memahami bahwa translokasi ini adalah strategi konservasi serius, bukan berarti mengurung badak, apalagi memindahkannya keluar dari kawasan TNUK. Justru ini wujud langkah nyata menjaga badak tetap di habitat aslinya dengan manajemen yang lebih baik,” tegas Ardi.
Balai TNUK berharap masyarakat dapat mendukung program translokasi Badak Jawa, karena keberhasilannya akan menentukan masa depan spesies ikonik Indonesia di habitat alaminya. (H-3)