
LONJAKAN kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Sumatra Utara belakangan ini mendorong pemerintah provinsi melakukan sejumlah langkah khusus. Langkah utama yang dilakukan adalah mengaktifkan lagi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) hingga melaksanakan fogging massal.
"Angka kasus DBD sudah memprihatinkan karena lonjakannya hampir dua kali lipat," kata Kepala Dinas Kesehatan Sumut Muhammad Faisal Hasrimy, Senin (15/1).
Sepanjang 2024, Sumut mencatat 8.963 kasus DBD dengan 56 kematian. Angka itu melonjak dibandingkan tahun 2023 yang hanya 4.578 kasus dengan 23 kematian. Bahkan hingga Agustus 2024, jumlah kasus sudah melampaui total kasus sepanjang tahun sebelumnya.
Lima daerah mencatat jumlah kasus tertinggi yakni Medan 1.102 kasus, Karo 1.006 kasus, Deliserdang 876 kasus, Nias Selatan 775 kasus, dan Simalungun 697 kasus. Angka kematian terbanyak ditemukan di Langkat dengan 15 kasus, diikuti Mandailing Natal 12 kasus, Simalungun 9 kasus, Pematangsiantar 5 kasus, dan Serdangbedagai 4 kasus.
Untuk menekan penyebaran, Dinas Kesehatan Sumut melakukan sejumlah langkah khusus. Salah satunya, pemantauan program di 33 kabupaten/kota dengan respons sesuai kebutuhan wilayah. Surat edaran kesiapsiagaan juga telah diterbitkan oleh Gubernur Sumut untuk mengingatkan kewaspadaan dini.
Selain itu, distribusi logistik kesehatan terus dipercepat. Larvasida, insektisida, mesin fogging, dan alat deteksi dengue disalurkan ke daerah terdampak. Surveilans lapangan hingga penyelidikan epidemiologi digencarkan di wilayah dengan status Kejadian Luar Biasa seperti Nias Selatan, Mandailing Natal, dan Padanglawas.
Dengan pengaktifan kembali program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J),Pemprov Sumut menargetkan angka bebas jentik (ABJ) bisa ditingkatkan hingga di atas 95% melalui gerakan 3M Plus dan partisipasi warga.
Faisal juga mengingatkan masyarakat agar tidak lengah. Pemberantasan sarang nyamuk secara berkala, konsumsi makanan bergizi, serta menjaga daya tahan tubuh menurut menjadi kunci mencegah KLB di tahun mendatang. (YP/E-1)