
SITUASI ekonomi dan geopolitik global ikut mempengaruhi iklim investasi termasuk di Provinsi Kalimantan Selatan. Sampai Oktober 2025 realisasi investasi di Kalsel baru sekitar 55% atau Rp16 triliun dari target pemerintah sebesar Rp30 triliun dengan sektor pertambangan masih menjadi andalan.
"Ya hingga kini realisasi investasi di Kalsel baru Rp16 triliun dari target Rp30 triliun. Ada banyak faktor penyebab antara lain situasi ekonomi dunia saat ini ikut mempengaruhi. Namun kita terus berupa capaian realisasi investasi ini terus bertambah hingga akhir tahun," ungkap Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) Provinsi Kalsel, Endri, Kamis (23/10).
Realisasi ini menempatkan Kalsel pada urutan ke 16 capaian investasi nasional. Sektor pertambangan, perdagangan dan jasa masih menjadi andalan Kalsel untuk menarik investasi. Diakui Endri kebijakan efisiensi anggaran juga ikut berdampak pada upaya daerah menggaet investor lewat ajang-ajang promosi secara nasional maupun internasional.
Karena itu pihaknya kini mulai menggalakkan promosi potensi dan investasi daerah dengan memanfaatkan teknologi (digital) salah satunya lewat aplikasi Bekantan. "Lewat aplikasi Bekantan masyarakat luas termasuk calon investor dapat melihat beragam potensi dan peluang investasi di daerah secara lengkap dan lebih mudah. Kita juga akan berpromosi melalui media sosial bekerjasama dengan influenser dan sebagainya," kata Endri.
Menyinggung mulai dibukanya rute penerbangan internasional dari Kalsel ke Malaysia, menurut Endri akan menjadi peluang besar bagi perkembangan iklim investasi di daerah. "Ini akan membuka peluang lebih besar bagi masuknya investor tidak hanya Kalsel dan Malaysia juga investor negara lainnya. Pemprov Kalsel harus berperan aktif memanfaatkan peluang dengan dibuka jalur transportasi udara internasional ini," ujarnya.
Lebih jauh, Pemprov Kalsel akan memberikan insetif bagi investor untuk meningkatkan iklim investasi berupa kemudahan perizinan dan insentif pajak daerah. Selain sektor tambang, Kalsel juga mendorong masuknya investasi di luar tambang (investasi hijau) seperti produk lokal, pariwisata dan energi baru terbarukan. (E-2)