
Center of Economic and Law Studies (Celios) memberikan rapor merah terhadap kinerja satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Berdasarkan hasil survei, Prabowo memperoleh skor 3 dari 10, sedangkan Gibran hanya 2 dari 10.
Direktur Kebijakan Publik Celios, Media Wahyudi Askar, menjelaskan bahwa penilaian tersebut menunjukkan performa pemerintahan masih jauh dari standar yang diharapkan.
“Kalau diibaratkan nilai sekolah, angka 3 dari 10 ini jelas berada jauh di bawah standar kelulusan yang biasanya ada di kisaran 6 atau 7,” ujarnya dalam peluncuran rapor kinerja satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran oleh Celios secara daring, Minggu (19/10).
Media menambahkan, penurunan kinerja terlihat dibandingkan hasil evaluasi 100 hari pertama pemerintahan Prabowo-Gibran.
Pada saat itu, Prabowo mendapat nilai 5, kini turun menjadi 3, sementara Gibran hanya 2.
“Artinya, dalam satu tahun terakhir tidak ada peningkatan signifikan, bahkan cenderung menurun,” katanya.
Menurutnya, penurunan ini tidak lepas dari berbagai peristiwa politik dan ekonomi dalam 8-9 bulan terakhir, seperti program makan bergizi gratis yang bermasalah, kelangkaan BBM swasta, serta berbagai aksi massa di sejumlah daerah. Rentetan kejadian tersebut berdampak langsung pada persepsi publik terhadap kualitas kinerja presiden dan wakil presiden.
Survei Celios terhadap kalangan pakar memperlihatkan bahwa 43% responden menilai capaian program pemerintah buruk, 26% menilai cukup baik, dan 29% menilai sangat buruk.
Media menegaskan bahwa hasil survei ini bukan opini pribadi peneliti atau lembaga, melainkan cerminan suara publik. Rapor ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah dan jajaran kabinet. Kritik dari masyarakat, katanya, bukan bentuk kebencian, melainkan wujud kepedulian.
“Hasil studi ini agar pemerintah bisa menerima rapor ini sebagai bahan perbaikan. Presiden pun harus bersikap dewasa dalam berdemokrasi, karena saya kira rapor rakyat ini bukan ancaman bagi pemerintah, melainkan bukti cinta rakyat pada bangsanya,” jelasnya.
Celios menegaskan bahwa survei dilakukan dengan metodologi akademik yang transparan. Penelitian melibatkan dua kelompok analisis: para pakar (ekspert) dan masyarakat umum.
Di antara kelompok masyarakat, jurnalis menjadi salah satu responden penting karena dinilai paling aktif mengikuti dinamika pemerintahan dari hari ke hari.
Survei ini melibatkan 120 jurnalis dari 60 lembaga pers di seluruh Indonesia, mencakup berbagai desk pemerintahan. Pengumpulan data dilakukan pada akhir September hingga 13 Oktober 2025.
Selain itu, Celios juga menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menggali pandangan masyarakat mengenai kondisi ekonomi dan kebijakan pemerintah. Sebanyak 1.338 responden dari berbagai wilayah, pedesaan, pinggiran kota, hingga perkotaan, turut berpartisipasi.
“Untuk mengompilasi data penilaian dari para pakar, kami juga menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menggali bagaimana masyarakat memandang kondisi ekonomi yang mereka alami serta hubungannya dengan kebijakan pemerintah,” pungkasnya. (Z-10)