Sungai Jernih Alaska Berubah Oranye, Ilmuwan Sebut Efek Pemanasan Global

1 day ago 7
Sungai Jernih Alaska Berubah Oranye, Ilmuwan Sebut Efek Pemanasan Global Sungai di Pegunungan Brooks, Alaska, berubah menjadi oranye pekat akibat pemanasan global.(Taylor Rhoades)

DI Pegunungan Brooks, Alaska, fenomena mencemaskan tengah terjadi. Sungai-sungai yang dulunya jernih hingga bisa langsung diminum, kini berubah warna menjadi oranye pekat, seperti teh berkarat. 

Airnya berbau logam, terlihat keruh, dan meninggalkan noda pada bebatuan sepanjang aliran. Perubahan drastis ini bukan akibat aktivitas industri, melainkan pencairan permafrost atau lapisan tanah beku abadi di kawasan Arktik.

Permafrost

Selama ribuan tahun, permafrost berfungsi sebagai “penyegel alami” yang mengunci mineral di dalam tanah. Namun, ketika suhu kawasan Arktik terus meningkat, lapisan es tersebut mencair. Air dan oksigen pun meresap ke dalam tanah yang baru mencair, memicu reaksi kimia pada batuan kaya sulfida, seperti pirit. Reaksi ini menghasilkan asam sulfat yang melarutkan logam berbahaya, seperti besi, aluminium, dan kadmium, lalu terbawa ke aliran sungai.

Tim Lyons, ahli biogeokimia dari University of California, Riverside, menjelaskan kondisi ini menyerupai fenomena acid mine drainage, pencemaran asam yang biasanya muncul di area tambang. Bedanya, kali ini tidak ada tambang. “Permafrost yang mencair mengubah seluruh kimia lanskap,” ujarnya.

Kontaminasi Logam

Penelitian terbaru menyoroti Sungai Salmon, salah satu aliran utama di Brooks Range. Hasilnya menunjukkan tingkat kontaminasi logam sudah melewati ambang batas yang ditetapkan Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) bagi kehidupan ikan dan invertebrata. 

Besi menjadi sinyal paling jelas. Saat teroksidasi, besi membentuk endapan oranye yang mengeruhkan air dan menutupi dasar sungai. Endapan ini menghambat cahaya matahari, mengganggu pertumbuhan alga dan tanaman air, serta menutupi kerikil tempat larva serangga hidup dan ikan bertelur.

Kadmium lebih berbahaya karena sifatnya tersembunyi. Logam ini bisa menumpuk di organ ikan, lalu berisiko memengaruhi predator, mulai dari ikan trout Dolly Varden, burung, hingga beruang. 

Kondisi tersebut berpotensi mengganggu rantai makanan. Salmon chum, misalnya, yang menjadi bagian penting dari pangan dan budaya masyarakat adat, terancam gagal berkembang biak karena kerikil tempat mereka bertelur tertutup lumpur logam dan kekurangan oksigen.

Permanen

Sayangnya, para ilmuwan menegaskan perubahan ini bersifat permanen. Berbeda dengan pencemaran tambang yang bisa ditangani dengan sistem drainase atau kolam penetral, sungai-sungai Alaska mengalir melalui daerah terpencil tanpa infrastruktur pendukung. Selama permafrost terus mencair dan bertemu batuan sulfida, proses kimia ini akan berlanjut. Satu-satunya cara menghentikannya adalah jika permafrost membeku kembali, sesuatu yang hampir mustahil di tengah iklim yang terus menghangat.

“Tidak ada jalan kembali setelah proses ini dimulai,” tegas Lyons.

Fenomena ini menjadi bukti nyata jejak pemanasan global. Sungai-sungai di Brooks Range, yang jauh dari kota maupun polusi industri, kini menyimpan “sidik jari” perubahan iklim. 

Para ahli berharap temuan ini bisa membantu komunitas dan pengelola sumber daya menyesuaikan strategi, mulai dari pemantauan kualitas air, melindungi lokasi pemijahan ikan, hingga mencari sumber pangan alternatif.

Seperti yang dikatakan Lyons, “Tak ada tempat yang benar-benar bebas dari dampak pemanasan global. Bahkan di sungai paling terpencil sekalipun, jejaknya sudah terlihat.” (Earth/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |