
SELAMA lebih dari satu abad. Perusahaan minyak dan gas di berbagai negara telah menambang karbon dari dalam bumi untuk dijadikan bahan bakar fosil. Namun kini, para peneliti membalikkan konsep lama itu.
Alih-alih mengeluarkan karbon, mereka justru berupaya mengembalikannya ke dalam tanah.Yakni ke sumur minyak tua yang sebelumnya berfungsi untuk mengeluarkannya.
Menariknya, metode ini tidak mengandalkan teknologi canggih ala fiksi ilmiah. Melainkan memanfaatkan limbah sederhana dari alam.
Para peneliti menggunakan sisa-sisa pertanian dari hutan. Seperti batang jagung dan ranting pohon, untuk menciptakan cairan kental bernama bio-oil.
Cairan ini kaya akan karbon yang diserap tanaman dari udara. Nantinya, bio-oil ini disuntikkan ke dalam sumur minyak tua untuk penyimpanan karbon permanen.
Di Amerika Serikat, ada ratusan ribu sumur minyak dan gas tua yang saat ini terbengkalai. Banyak di antaranya tidak ditutup dengan benar dan berpotensi menimbulkan risiko lingkungan. Sementara itu, setiap tahun jutaan ton limbah tanaman dibuang sia-sia.
Melihat peluang ini, tim peneliti dari lowa State University menemukan ide brilian. Menggabungkan masalah limbang dengan potensi penyimpanan karbon.
Teknologi Fast Pyrolysis
Kunci utama metode ini adalah proses bernama fast pyrolysis. Meski terdengar rumit, prinsipnya sederhana. Potongan tanaman dikeringkan lalu dipanaskan pada suhu sangat tinggi, lebih dari 1.000°F, tanpa oksigen.
Dari proses ini dihasilkan tiga produk:
- Bio-oil: Menyimpan sebagian besar karbon
- Biochar: Bisa dijual ke petani untuk meningkatkan kualitas tanah
- Gas: Digunakan untuk membantu menggerakkan sistem
Menurut Mba-Wright, proses ini bisa dilakukan dengan unit seukuran traktor kecil. Sehingga mudah dipindahkan ke daerah pedesaan untuk mengolah limbah tanaman langsung.
Tim peneliti memodelkan jaringan 200 unit pyrolysis portabel. Unit-unit ini dapat dipindahkan ke berbagai wilayah untuk mengolah biomassa menjadi bio-oil.
Berikut detail dari pyrolysis portabel:
- Kapasitas tiap unit: Memproses 10 ton biomassa per hari
- Biaya pembuatan unit: Sekitar USD 1,3 juta
- Biaya penyimpanan karbon: Sekitar USD 152 per ton
- Jika menggunakan bahan berbasis kayu, biayanya bisa turun hingga USD 100 per ton.
- Satu sumur minyak bisa menampung lebih dari 216.000 galon bio-oil. Artinya, setiap sumur memiliki potensi besar untuk menyimpan karbon dalam jangka panjang.
Penelitian ini mendapat dukungan dari Charm Industrial. Sebuah startup di San Fransisco yang sudah menerapkan teknologi ini. Charm bekerja sama dengan perusahaan besar yang ingin membeli kredit penghapusan karbon.
Dampak Ekonomi untuk Pedesaan
Manfaat metode ini tidak hanya untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, di antaranya:
- Petani dapat menjual sisa panen mereka
- Pengelola hutan mendapat bayaran untuk membersihkan limbah kayu
- Kota kecil bisa membuka terminal bio-oil dan menciptakan lapangan kerja baru
Inovasi ini menunjukkan sumur minyak tua bisa menjadi bagian dari solusi perubahan iklim. Dengan memanfaatkan limbah pertanian dan teknologi pyrolysis. Peneliti membuktikan masa depan energi bersih tidak selalu rumit dan mahal.
Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Energy Conversion and Management. (earth/Z-2)