Seorang anak sedang belajar dalam kegelapan malam karena arus PLN mati, di Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie, Aceh.(MI/AMIRUDDIN ABDULLAH REUBEE)
PEMADAMAN listrik atau blackout di kawasan Provinsi Aceh sudah berlangsung tiga hari yakni mulai Senin (39/9) hingga Rabu (1/10) malam. Hal itu telah merugikan dunia usaha dan terganggu aktivitas warga, sehingga berakibat buruk terhadap perekonomian di wilayah yang menyandang otonomi khusus tersebut.
Amatan Media Indonesia pada Selasa (30/9) hingga Rabu (1/10) malam, di Kota Lhok Sukon Ibukota Kabupaten Aceh Utara misalnya, aktivitas perekonomian warga sangat terusik. Pasalnya warung kopi dan warung nasi sangat sepi pengunjung.
Apalagi tempat usaha yang tidak memiliki mesin genset (generator set), sehingga aktivitasnya lumpuh pada malam hari. Pelanggan tetap yang biasanya ramai, sekarang lebih banyak harus bertahan tidak keluar rumah.
"Belum lagi tempat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), balai pengajian dan lembaga pendidikan lainnya tidak jalan. Itu karena faktor listrik padam," tutur Zulfadli, tokoh muda Lhok Sukon, Aceh Utara.
Di pusat pasar Grong-Grong, Kecamatan Grong-Grong, Kabupaten Pidie, setelah arus listrik sering tidak stabil (byarpad) dan padam, berbagai usaha perdagangan dan jasa merugi. Lalu peralatan elektronik seperti mesin foto copy dan kulkas sangat rawan rusak.
"Satu unit mesin foto copy sudah tidak hidup lagi seperti ada komponen yang rusak. Itu terjadi pada selasa kemarin. Sekarang hanya satu lagi yang bisa beroperasi. Itupun sangat rawan saat tanjakan arus pertama kalau hidup mati," tutur Idham, pemilik usaha toko alat tulis dan jasa fotokopi.
Hal tidak jauh berbeda juga terjadi di Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya. Karena arus PLN pada dan sering hidup mati tiba-tiba, warga tidak melakukan aktivitas kerja.
Apalagi usaha yang menggunakan arus listrik perusahaan milik negara itu. Lebih parah lagi kondisi padaman yang tidak jelas penyebabnya itu, sehingga kegiatan-kegiatan penting dan terkait waktu, berakibat gagal.
"Banyak data-data penting kami hilang. Itu sangat susah mencari lagi. Selain merugikan terbuang waktu juga korban materi dan energi yang terbuang begitu saja. Siapa bertanggung jawab kerugian pelanggan. PLN jangan sekedar memberi alasan fiktif. Tapi harus bertanggung sebagai pelaksana. Ini bukan sekedar minta maaf. Harus profesional," tutur Asnawi, operator sekolah SD di Pidie Jaya. (H-1)


















































