Studi Terbaru Ungkap Kaitan Polusi Udara dengan Demensia

1 month ago 25
Studi Terbaru Ungkap Kaitan Polusi Udara dengan Demensia Dampak polusi udara bagi penyakit demensia.(Freepik)

AHLI saraf dari Johns Hopkins University, Xiaobo Mao, mengungkapkan temuan mengejutkan: polusi udara ternyata bisa memicu munculnya penyakit demensia.

“Tidak seperti faktor usia atau genetika, polusi udara adalah sesuatu yang masih dapat kita kendalikan,” ujarnya, dikutip dari The Guardian.

Riset ini berangkat dari analisis rekam medis 56,5 juta pasien Medicare di Amerika Serikat. Peneliti menelusuri pasien yang pertama kali dirawat antara tahun 2000-2014, khususnya yang menunjukkan kerusakan protein di otak. Dengan memanfaatkan data kode pos, mereka memperkirakan tingkat paparan jangka panjang pasien terhadap polusi partikel halus PM2,5.

PM2,5 adalah partikel mikroskopis dengan ukuran kurang dari 2,5 mikrometer. Karena ukurannya sangat kecil, partikel ini dapat menembus jauh hingga paru-paru, masuk ke aliran darah, lalu menyebar ke otak dan organ vital lainnya.

Temuan Utama

Hasil pengamatan menunjukkan paparan PM2,5 secara jangka panjang meningkatkan risiko Lewy body dementia (LBD), tipe demensia kedua paling umum setelah Alzheimer.

Lewy body terbentuk dari protein alpha-synuclein. Dalam kondisi normal, protein ini penting untuk menjaga fungsi otak. Namun, ketika menumpuk secara abnormal, alpha-synuclein membentuk gumpalan beracun yang merusak sel saraf, menyebar ke seluruh otak, dan akhirnya memicu penyakit neurodegeneratif mematikan.

Eksperimen Hewan

Untuk membuktikan mekanisme biologisnya, peneliti melakukan uji coba pada tikus. Hewan tersebut dipaparkan polusi PM2,5 dua kali sehari selama sepuluh bulan. Sebagian tikus dibiarkan normal, sementara sebagian lain direkayasa genetik agar tidak memproduksi alpha-synuclein.

Hasilnya jelas:

Tikus normal menunjukkan kerusakan otak, penyusutan jaringan, serta penurunan kemampuan kognitif. Gumpalan alpha-synuclein terbentuk lebih agresif, tangguh, dan beracun, menyerupai Lewy body pada manusia.

Tikus tanpa alpha-synuclein relatif terlindungi, hampir tidak menunjukkan dampak signifikan.

Temuan ini menegaskan bahwa polusi udara berperan langsung dalam mempercepat terbentuknya protein penyebab LBD.

Implikasi Kesehatan Publik

Walau penelitian dilakukan pada tikus, hasilnya dinilai kuat dan relevan untuk manusia. Studi yang telah dipublikasikan di jurnal Science ini memperingatkan bahwa menjaga kebersihan udara bukan sekadar isu lingkungan, melainkan langkah pencegahan kesehatan otak dalam skala luas.

Mao menekankan pentingnya tindakan kolektif melalui kebijakan udara bersih:

“Dengan mengurangi paparan kolektif terhadap polusi udara, kita berpotensi menekan risiko berkembangnya kondisi neurodegeneratif yang merusak ini pada populasi global.”(The Guardian/Z-10)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |