
GUBERNUR DIY, Sri Sultan HB X menyatakan DIY termasuk daerah yang masih menghadapi tantangan serius dalam pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk khususnya DBD. Iklim tropis yang lembap dan hangat, menjadi ladang subur bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti.
Selain itu, perubahan iklim global juga semakin memperumit dinamika penyakit DBD, dengan peningkatan curah hujan dan suhu yang memperluas wilayah penyebaran vektor. Namun, lebih dari tantangan lingkungan, Sri Sultan menyebutkan, tantangan terbesar sesungguhnya adalah pada aspek sosial dan perilaku, yang mana edukasi kesehatan menjadi kunci.
“Studi menunjukkan bahwa ketika masyarakat mendapat informasi yang memadai, perilaku pencegahan meningkat signifikan," terang dia saat peluncuran Program Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat dan Bebas DBD di Hotel Royal Ambarukmo Yogyakarta, Senin (19/5).
Edukasi Kesehatan
Upaya pencegahan penyakit dilakukan dengan pembudayaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), menciptakan lingkungan yang sehat, serta mengedukasi dan meningkatkan literasi kesehatan masyarakat.
Upaya-upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) telah dilaksanakan oleh masyarakat dengan penguatan kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik); Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik; dan melalui Gerakan 3M Plus.
Upaya tersebut diharapkan tidak hanya mengatasi masalah DBD, tetapi juga chikungunya, Filariasis/penyakit kaki gajah, dan juga penyakit Malaria.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie menuturkan, pada 2024 menunjukkan bahwa kasus DBD di kab/kota DIY meningkat cukup tajam dengan incident rate 107 atau 1.067 kasus dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Per Maret 2025, tercatat terdapat 1.135 kasus DBD di DIY dengan tingkat kematian sekitar 0,1 persen. Meski terbilang rendah, angka tersebut tetap menjadi peringatan serius.
“Nyamuk memang harus diberantas, tapi yang paling penting adalah perilaku bersih dan sehat. Penyakit DBD seperti kita ketahui dapat dicegah dengan peningkatan daya tahan tubuh, pemberantasan sarang nyamuk, dan melindungi tubuh dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti dengan salah satu cara, yaitu menggunakan lotion anti nyamuk,” kata Pembajun.
Program Bebas Nyamuk, Keluarga Sehat dan Bebas DBD ini melibatkan 27 kelurahan di wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Sleman.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo menyampaikan, di Kota Yogya, kasus DBD sudah menurun. Ia menilai menurunnya kasus DBD lantaran masih seringnya hujan di Kota Yogyakarta. "Eskalasi kasus DBD naik pada ketika musim pancaroba. Kalau musim penghujan kasus DBD ini menurun karena tidak banyak genangan air. Air langsung mengalir," ungkapnya.
Untuk itu Hasto juga berharap dengan adanya kader Jumantik ini akan mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan DBD.
"Jumatik ini diharapkan bisa memberikan dorongan dan contoh kepada masyarakat bagaimana cara meminimalisir kasus DBD di Kota Yogya," tutup dia.