Sosial dan Budaya Harus Jadi Bagian Pengurangan Risiko Bencana

6 days ago 16
Sosial dan Budaya Harus Jadi Bagian Pengurangan Risiko Bencana (MI/Agus Utantoro)

GUBERNUR  Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X berpesan, membangun ketangguhan menghadapi bencana harus menjadi syarat utama dalam upaya pengurangan risiko bencana. "Upaya pemngurangan risiko bencana ini juga harus memasukkan dan mempertimbangkan aspek budaya dan sosial setempat," kata Sri Sultan saat menerima Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) di Kantor Gubernur DIY di Kepatihan, Selasa.

Usai bertemu Sri Sultan Ketua Umum Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI), Prof. Ir. Harkunti Pertiwi Rahayu, Ph.D., mengatakan, kedatangan pengurus IABI kali ini bertujuan menyampaikan rencana mereka menggelar acara untuk memperingati 20 tahun Gempa Jogja.

“Kami ingin kulonuwun karena akan menyelenggarakan peringatan 20 tahun Gempa Jogja yang juga inline dengan program rutin kami, berupa pertemuan ilmiah tahunan. Rencananya acara ini akan diadakan pada 24-26 Mei 2026 di Yogyakarta, yang diikuti 600 lebih anggota IABI,” ungkapnya.

Harkunti selanjutnya mengiyakan pesan dan pendapat Sri Sultan. Menurut dia budaya menjadi kelebihan Indonesia dalam merespon kebencanaan. Untuk itu katanya,  IABI akan menggali keilmuan tentang hubungan budaya dalam mitigasi kebencanaan.

“Kami juga perlu banyak belajar, termasuk benar-benar memikirkan apa yang perlu kami diskusikan lebih lanjut dalam pertemuan ilmiah kali ini. Karena memang keunikan Indonesia itu terletak pada budayanya. Setiap daerah di Indonesia itu memang beda-beda budayanya, namun itu justru bisa menjadi modal dasar yang kuat untuk ke depan,” imbuhnya.

Guru Besar di Institut Teknologi Sumatera ini pun mengatakan, dalam pertemuan ilmiah nanti juga akan dibahas berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemda DIY dalam menangani kebencanaan selama ini. Diharapkan dari pembelajaran terhadap upaya penanaganan kebencanaan di DIY nantinya, banyak pengalaman yang bisa dibagikan kepada daerah lain di Indonesia.

“Belajar dari apa yang dilakukan Sri Sultan dalam penanganan kebencanaan, nantinya akan kami masukkan ke dalam topik-topik untuk menjadi bahan diskusi kami. Karena nantinya kami tidak hanya menggelar seminar, tapi banyak juga round table discussion. Mudah-mudahan ini menjadi momen penting dari Jogja untuk Indonesia, syukur-syukur bisa kita share juga dengan teman-teman di luar Indonesia,” paparnya.

Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad menambahkan para ahli kebencanaan yang akan berkumpul di DIY ini rencananya akan memberikan pandangan bagaimana pengalaman DIY selama ini dalam menangani kebencanaan, mulai dari gempa 2006, maupun letusan Merapi 2010. Segala pengalaman itu akan menjadi bahan pembelajaran yang akan ditularkan ke seluruh Indonesia.

“Jika bicara soal build and better, dalam arti bagaimana pemulihan pasca bencana yang dilakukan, dapat dikatakan kalau di Jogja ini cukup cepat prosesnya. Bahkan kecepatan pemulihan dari bencana ini sudah diakui di tingkat nasional dan juga di tingkat internasional. Hal ini juga nantinya yang akan ditularkan kepada daerah lain,” imbuhnya. (H-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |