Solar Orbiter ESA-NASA Ungkap Asal Usul Elektron Supercepat dari Ledakan Matahari

2 weeks ago 9
Solar Orbiter ESA-NASA Ungkap Asal Usul Elektron Supercepat dari Ledakan Matahari Misi gabungan ESA-NASA lewat Solar Orbiter berhasil melacak asal usul elektron supercepat dari solar flare dan coronal mass ejections di Matahari.(ESA)

MISI gabungan European Space Agency (ESA) dan NASA berhasil melacak aliran elektron berkecepatan tinggi. Temuan ini didapatkan melalui wahana antariksa Solar Orbiter.

Penelitian ini menemukan elektron-elektron tersebut dikenal sebagai Solar Energetic Electrons (SEEs). SEEs berasal dari dua jenis ledakan matahari yang berbeda.

Solar Orbiter mendeteksi SEEs di luar angkasa setelah mereka dipercepat. Diketahui mencapai energi yang sangat tinggi. Melalui pengamatan ini, peneliti berhasil menelusuri sumbernya.

Didapatkan dua kelompok utama elektron supercepat dengan asal-usul berbeda. Kelompok pertama berhubungan dengan ledakan kecil pada permukaan Matahari. Ini dikenal sebagai solar flare. Kedua, berasal dari letusan plasma besar yang disebut coronal mass ejections (CMEs).

Meskipun para ilmuwan sudah lama mengetahui adanya dua kelompok utama SEEs. Pengamatan dari Solar Orbiter untuk pertama kalinya memungkinkan untuk memastikan perbedaan asal-usulnya.

Menurut Alexander Warmuth, peneliti dari Leibniz Institute for Astrophysics Postdam (AIP) sekaligus pemimpin penelitian ini mengatakan, “Dengan mendekat ke Matahari, kami bisa mengukur partikel-partikel ini dalam kondisi awal yang masih ‘murni’, sehingga waktu dan lokasi pelepasan mereka dapat ditentukan dengan sangat akurat,” katanya.

Jeda Waktu Ledakan Solar Flare

Pengamatan Solar Orbiter mengatakan, sering kali ada jeda waktu antara ledakan solar flare atau CME. Hal ini terdeteksi dari SEEs yang berada di luar angkasa.

Menurut Laura Rodriguez-García, peneliti ESA, jeda ini setidaknya disebabkan oleh cara elektron bergerak melewati antariksa. “Kadang-kadang keterlambatan itu berasal dari proses pelepasan, tapi bisa juga karena proses deteksi,” jelasnya.

Selain itu, perjalanan elektron juga dipengaruhi angin matahari. Aliran partikel bermuatan keluar terus-menerus dari Matahari dan membawa medan magnetiknya. Karena SEEs merupakan partikel bermuatan, jalur pergerakannya dibelokkan. Dan juga tersebar oleh medan magnet, serta interaksi dengan angin matahari.

Hasil penelitian ini menunjukkan revolusionernya misi Solar Orbiter dalam mempelajari Matahari dan lingkungannya. Serta memberikan wawasan penting tentang cuaca antariksa dan dampak terhadap teknologi di Bumi.

Penelitian ini juga menyoroti pentingnya kerja sama internasional. Keberhasilan ini dicapai berkat kolaborasi erat antara para ilmuwan Eropa, tim instrumen dari berbagai negara anggota ESA, serta kolega dari Amerika Serikat.

Peluncuran Misi

Untuk kedepannya, pemahaman tentang fenomena ini akan berkembang dengan peluncuran misi baru. Termasuk misi SMILE 2026, yang bertujuan mempelajari interaksi angin matahari dengan magnetosfer Bumi.

Selain itu, pada 2031, ESA juga akan meluncurkan misi Vigil. Guna memantau sisi Matahari yang menghadap jauh dari Bumi. Diluncurkan untuk mendeteksi potensi ledakan besar sebelum arahnya berbalik menuju Bumi.

Hasil penelitian ini dipublikasikan pada 1 September di jurnal Astronomy & Astrophysics. Diperkirakan akan menjadi salah satu referensi penting dalam memahami proses kompleks. Melihat apa yang terjadi di Matahari serta dampaknya terhadap lingkungan antariksa di Bumi.  (Space/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |