Simpanse Liar di Afrika Ternyata Konsumsi Alkohol Alami dari Buah Fermentasi

2 hours ago 1
Simpanse Liar di Afrika Ternyata Konsumsi Alkohol Alami dari Buah Fermentasi Ilustrasi(freepik)

SIAPA sangka, simpanse liar di hutan Afrika ternyata suka alkohol dan tidak mabuk saat mengkonsumsinya. Alkohol ini bukan dari minuman buatan, melainkan dari buah matang yang secara alami mengalami fermentasi.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science Advances oleh Aleksey Maro dan Profesor Robert Dudley, University of California, menemukan  simpanse bisa mengonsumsi alkohol. Mereka konsumsi satu hingga hampir dua gelas per hari hanya lewat buah yang mereka makan.

Menariknya, tidak ada tanda-tanda simpanse mabuk. Buah dikonsumsi sedikit demi sedikit sepanjang hari, sehingga efek mabuk tidak muncul. Namun, paparan alkohol dalam jumlah kecil ini ternyata menjadi bagian rutin dari kehidupan mereka di alam liar.

Seberapa Banyak Kandungan Alkohol dalam Buah?

Dari 21 jenis buah yang diteliti, rata-rata kandungan alkohol sekitar 0,26%. Jika dihitung berdasarkan kebiasaan makan simpanse di dua lokasi studi, yaitu di Ngogo (Uganda) dan Taï (Côte d’Ivoire), angka itu naik menjadi 0,31–0,32%.

Meski persentase tersebut terlihat kecil, simpanse makan banyak sekali buah matang, mencapai 5–10% dari berat tubuh mereka setiap hari. Itu berarti seekor simpanse dewasa bisa mendapat asupan sekitar 14 gram etanol murni per hari atau setara dengan satu gelas minuman beralkohol ukuran standar di Amerika Serikat. Jika disesuaikan dengan berat badan (sekitar 40 kg, dibanding rata-rata manusia 70 kg), dosisnya bahkan bisa mendekati dua gelas.

Mencari Alkohol atau Sekadar Gula?

Belum jelas apakah simpanse memang mencari alkohol. Bisa jadi mereka hanya mengejar rasa manis dan kalori tinggi dari buah matang, sementara alkohol muncul sebagai “bonus” dari proses fermentasi. Namun, ada juga kemungkinan bahwa aroma alkohol membantu mereka menemukan buah yang lebih matang dan kaya energi.

“Jika simpanse memilih buah secara acak, maka asupan mereka setara rata-rata, tapi jika mereka memang lebih suka buah matang atau manis, konsumsi alkohol sebenarnya bisa lebih tinggi dari perhitungan awal,” ujar Robert Dudley seperti dikutip dari Earth.com.

Dudley sudah sejak lama mengajukan teori bahwa ketertarikan manusia pada alkohol adalah sifat kuno yang terbentuk dari kebiasaan leluhur pemakan buah. Bukti serupa juga muncul pada hewan lain, seperti monyet laba-laba, aye-aye, dan kukang.

Bagi para ilmuwan, temuan ini memberi petunjuk tentang asal-usul selera manusia terhadap alkohol. 

“Simpanse mengonsumsi jumlah alkohol yang mirip dengan manusia jika kita makan makanan fermentasi setiap hari, ketertarikan manusia pada alkohol kemungkinan berasal dari warisan diet nenek moyang kita,” kata Aleskey Maro dikutip dari jurnal yang sama.

Metode Penelitian Unik di Lapangan

Untuk mengukur kandungan alkohol, Maro mengumpulkan buah segar yang jatuh dari pohon setelah dimakan simpanse. Buah tersebut dibekukan, lalu diuji menggunakan tiga metode berbeda, mulai dari alat mirip “tes napas” hingga uji warna kimia. Semua metode menunjukkan hasil yang konsisten.

Peneliti juga kini mulai mengumpulkan urin simpanse dari bawah sarang mereka di pagi hari untuk menguji metabolit alkohol. Meski terdengar unik, cara ini justru memberi gambaran sebenarnya tentang seberapa besar paparan alkohol pada simpanse liar. (Earth/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |