
MENTERI Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Marco Rubio bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (15/9) di Yerusalem.
Pertemuan itu berlangsung ketika Qatar, sekutu dekat Washington, menggelar KTT darurat bersama para pemimpin Arab untuk mengecam keras serangan udara Israel pekan lalu yang menargetkan tokoh Hamas di ibu kota Doha.
Sehari sebelumnya, Presiden Donald Trump meminta Israel lebih berhati-hati setelah serangan tersebut.
"Mereka harus melakukan sesuatu terhadap Hamas, tetapi Qatar telah menjadi sekutu yang hebat bagi Amerika Serikat," kata Trump di New Jersey dikutip CBS News, Selasa (16/9).
Dalam konferensi pers bersama Rubio, Netanyahu memuji pemerintahan Trump atas dukungan internasionalnya terhadap strategi militer Israel dalam perang melawan Hamas. "Kehadiran Anda di sini hari ini mengirimkan pesan yang jelas bahwa Amerika mendukung Israel," ujarnya.
Netanyahu membela serangan ke Doha dengan alasan jet tempur Israel menargetkan pemimpin senior Hamas yang dianggap bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 251 orang ditawan ke Gaza.
Meski Hamas mengakui lima anggotanya tewas, Israel gagal mengenai sasaran utama, yakni anggota senior tim negosiasi politik Hamas yang berbasis di Doha.
Rubio, menanggapi kemarahan Qatar, menegaskan bahwa AS tetap menjaga hubungan erat dengan sekutu Teluk.
"Terlepas dari apa yang telah terjadi, kenyataannya kita masih memiliki 48 sandera. Kita masih memiliki Hamas yang menyandera Gaza dan menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia, selama mereka masih ada, tidak akan ada perdamaian di wilayah ini," kata Rubio.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri menyebut Rubio akan melanjutkan perjalanan ke Qatar setelah Israel, lalu terbang ke Inggris untuk mendampingi kunjungan Presiden Trump. Rubio sebelumnya juga mengatakan ingin mendapat gambaran langsung tentang rencana Israel selanjutnya.
Di Doha, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani mengecam serangan Israel dan menuntut komunitas internasional menghukum Israel. Qatar selama ini menjadi tuan rumah pangkalan militer terbesar AS di kawasan, Pangkalan Udara Al-Udeid.
Menurut sumber CBS News, rancangan resolusi KTT Doha berisi kecaman terhadap genosida, pembersihan etnis, dan kelaparan di Gaza. Resolusi itu juga menyerukan penerapan sanksi, termasuk penghentian suplai senjata ke Israel dan peninjauan kembali hubungan diplomatik serta ekonomi.
Israel menolak tuduhan genosida, dengan alasan operasi militernya hanya menargetkan Hamas yang dituding menggunakan warga sipil sebagai tameng. Namun, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 64.000 warga tewas sejak perang hampir dua tahun lalu, angka yang dianggap PBB sebagai data paling dapat dipercaya.
Di Gaza, Israel baru-baru ini meningkatkan serangan udara, termasuk meruntuhkan gedung-gedung tinggi di Kota Gaza yang sebelumnya dinyatakan sebagai zona pertempuran.
Pada Jumat lalu, Majelis Umum PBB mendukung solusi dua negara melalui pemungutan suara. Resolusi itu juga mengutuk serangan Israel terhadap warga sipil, blokade yang menyebabkan krisis kemanusiaan, dan menyerukan pembebasan seluruh sandera.
Adapun sebanyak 142 negara menyetujui resolusi tersebut, sementara Israel dan AS termasuk 10 negara yang menolak.
Netanyahu menegaskan kembali penolakannya terhadap pembentukan negara Palestina. Sementara itu, deklarasi PBB menekankan perlunya Hamas menyerahkan kendali dan senjata di Gaza kepada Otoritas Palestina sebagai bagian dari upaya mengakhiri konflik. (Fer/I-1)