Sentuhan Manis Bisa Jadi Tanda Pasangan Anda Psikopat

5 hours ago 3
Sentuhan Manis Bisa Jadi Tanda Pasangan Anda Psikopat Ilustrasi(Freepik)

BAGI banyak orang, sentuhan, seperti genggaman tangan atau tepukan di bahu, sering dianggap sebagai bentuk kasih sayang dan kenyamanan. Namun, sebuah penelitian terbaru di Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa tidak semua sentuhan memiliki niat baik di baliknya.

Peneliti dari Binghamton University, New York, menemukan bahwa individu dengan kepribadian gelap (dark personality traits), termasuk psikopati, cenderung menggunakan sentuhan sebagai alat untuk memanipulasi pasangannya.

Dalam studi tersebut, para ilmuwan memperingatkan bahwa sentuhan dapat meningkatkan rasa kepemilikan terhadap objek dan mendorong kepatuhan dari pihak yang lebih lemah. 

Dengan kata lain, jika pasangan mencoba memeluk saat sedang berdebat, bisa jadi tindakan itu bukan untuk menenangkan, melainkan untuk menegaskan dominasi.

Mereka bahkan bisa melakukannya dengan cara menggenggam lengan, menepuk bahu, menyentuh bagian belakang kepala, atau memegang tangan.

“Tidak semua bentuk sentuhan memiliki niat baik, dan tidak semua pelukan bersifat tulus. Sentuhan dapat digunakan demi kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan pasangan," kata Richard Mattson, profesor psikologi di Binghamton University dilansir dari Dialy Mail.

Tim peneliti menjelaskan bahwa sentuhan memang menjadi salah satu cara utama manusia mengekspresikan cinta, tetapi tidak elalu dirasakan secara positif atau digunakan dengan itikad baik oleh semua individu.

Dalam penelitian ini, sebanyak 500 mahasiswa di timur laut AS, yang tengah menjalin hubungan romantis, diminta menjawab sejumlah pertanyaan mengenai kenyamanan mereka terhadap sentuhan, sejauh mana mereka menghindarinya, serta apakah mereka pernah menggunakan sentuhan untuk tujuan yang tidak menguntungkan bagi pasangan.

Mereka juga menjalani tes psikologis untuk mengukur tingkat tiga ciri kepribadian gelap, yakni psikopati, narsisisme, dan Machiavellianisme.

Hasilnya menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan dengan ciri kepribadian gelap cenderung menggunakan sentuhan sebagai bentuk manipulasi dalam hubungan. Namun, pola penggunaannya berbeda berdasarkan gender.

Laki-laki dengan tingkat kecemasan tinggi terhadap status hubungannya lebih sering menggunakan sentuhan koersif untuk mencari kepastian dari pasangan. 

“Bagi laki-laki yang cemas secara emosional, penggunaan sentuhan koersif dilakukan sebagai bentuk pencarian perlindungan atau jaminan,” tulis para peneliti. 

Misalnya, mereka bisa menegaskan keberadaan fisiknya untuk mengingatkan diri sendiri akan keterikatan dengan pasangan ketika muncul rasa cemburu.

Sebaliknya, perempuan dengan ciri kepribadian gelap justru lebih tidak nyaman disentuh, tetapi lebih sering menggunakan sentuhan sebagai sarana manipulasi dan kontrol sosial. 

"Bagi perempuan, sentuhan dapat berfungsi sebagai cara untuk meningkatkan kekuasaan interpersonal,” ungkap tim peneliti.

Menariknya, perempuan dengan kecemasan tinggi terhadap hubungan—yang takut ditinggalkan—menunjukkan tingkat penolakan terhadap sentuhan yang lebih besar.

Menurut para peneliti, ciri-ciri kepribadian gelap berkorelasi dengan berbagai masalah dalam hubungan romantis, seperti meningkatnya frekuensi pertengkaran dan kekerasan. Karena itu, penting untuk mengenali tanda-tandanya.

“Temuan kami menegaskan pentingnya mempertimbangkan ciri kepribadian dan orientasi keterikatan dalam memahami bagaimana sentuhan dipersepsikan dan digunakan dalam hubungan romantis,” tulis tim dalam laporan yang diterbitkan di jurnal Current Psychology. 

Meski demikian, para peneliti mengakui ada keterbatasan dalam studi ini, antara lain karena responden didominasi oleh mahasiswa kulit putih dan heteroseksual dari wilayah yang sama. 

Mereka menilai, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dinamika penggunaan sentuhan di kalangan usia yang lebih tua dan dalam hubungan jangka panjang.

Mereka juga mencatat bahwa penggunaan klasifikasi biner dalam menganalisis perbedaan gender bisa bermasalah karena menerapkan konstruksi sosial tentang jenis kelamin dan gender yang sebenarnya tidak bersifat biner.

Studi ini juga menyoroti bahwa kepribadian psikopat memiliki spektrum luas dan tidak selalu berujung pada kekerasan. 

Psikopat, umumnya, menunjukkan pesona dangkal, kepercayaan diri berlebihan, perilaku impulsif, kebiasaan berbohong, dan kemampuan memanipulasi tanpa rasa empati.

Menurut ahli psikologi Robert Hare, pencipta Hare Psychopathy Checklist-Revised—alat diagnostik untuk mengukur tingkat psikopati—bahkan orang yang cerdas pun bisa tertipu dalam interaksi singkat dengan seorang psikopat. (Z-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |