Sektor Hospitality di Indonesia Didorong untuk Lebih Berkelanjutan

2 days ago 6
Sektor Hospitality di Indonesia Didorong untuk Lebih Berkelanjutan Diskusi panel KEM dan Katadata SAFE.(Dok. KEM)

SEKTOR hospitality, yakni pariwisata dan hotel, restoran, dan kafe (Horeka) di Indonesia didorong untuk mulai menunjukkan komitmennya menjalankan bisnis yang lebih berkelanjutan. Saat ini green resilience atau kesadaran akan berbagai tantangan global, termasuk perubahan iklim, menjadi agenda penting bagi sektor pariwisata dan Horeka.

Dalam keterangan resminya, Co-founder Eco Tourism Bali, Rahmi Fajar Harini, menekankan bahwa tren pariwisata kini bergeser signifikan, dari impor ke pemanfaatam produk lokal. Dari sekadar memenuhi kebutuhan tamu menjadi fokus pada pengurangan emisi karbon dan kesejahteraan komunitas.

"Menurut data dari Booking.com di 33 negara, 75% wisatawan sudah secara aktif mencari hotel yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Perubahan preferensi ini juga mendorong platform online travel agent (OTA) menghadirkan filter khusus bagi akomodasi yang telah tersertifikasi keberlanjutan," katanya, dalam panel diskusi berjudul Sustainable Procurement for HoReCa: Advancing Green Resilience in Indonesia’s Hospitality Sector, yang digelar Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) dan Katadata SAFE 2025, Jumat, (12/9).

Pertumbuhan pesat industri saat ini menghadirkan peluang sekaligus tantangan, yakni konsumsi energi dan air yang tinggi, ketergantungan pada bahan impor, serta limbah yang kian membebani lingkungan. Tanpa transformasi, daya saing dan kepercayaan konsumen yang semakin peduli keberlanjutan bisa terancam.

Pengadaan berkelanjutan menjadi jantung transformasi sektor Horeka menuju green resilience. Bukan sekadar soal harga dan kualitas, tetapi bagaimana rantai pasok mampu menjaga lingkungan sekaligus menyejahterakan komunitas.

Menurut studi Frontiers in Sustainable Food Systems (2025), lebih dari 90% petani yang memasok sektor Horeka di Indonesia masih mengandalkan tabungan pribadi untuk modal usaha, dengan tingkat adopsi teknologi yang relatif rendah. Sementara itu, riset global dalam International Journal of Production Research (2024) menunjukkan bahwa penerapan green procurement tidak hanya memperkuat reputasi bisnis, tetapi juga meningkatkan efisiensi biaya dan mendorong inovasi. Temuan ini menegaskan pentingnya memperkuat keterhubungan antara petani lokal dan sektor Horeka agar tercipta rantai pasok yang tangguh dan berkelanjutan.

Senior Analyst Kopernik, Kathleen Nugroho menyampaikan, banyak hotel, restoran, dan café skala kecil menengah belum tahu bagaimana memulai. "Untuk itu, Sustainable Procurement Guideline yang dikembangkan oleh KEM, Kopernik, dan Eco Tourism Bali dirancang sebagai panduan aplikatif untuk buyer maupun supplier di sektor Horeka, mencakup produk, pemasok, hingga pengelolaan limbah. Dengan adanya instrumen supplier assessment tool, pelaku usaha dapat menilai sejauh mana pemasok mereka menerapkan prinsip keberlanjutan, sekaligus memperkuat transparansi dan kolaborasi di sepanjang rantai pasok," katanya.

“Berkelanjutan itu tentang bagaimana mencari keseimbangan, tanpa komunitas tidak ada kualitas, tanpa kualitas tidak ada cerita, dan tanpa itu semua tidak ada trust. Growth tanpa distribusi kesejahteraan di sepanjang rantai pasok itu hampir tidak ada gunanya," kata Co-founder Anomali Coffee dan Supervisory Board SCOPI, Irvan Helmi. (H-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |