Sekolah Catur Utut Adianto dan Museum Catur Indonesia Raih Rekor Muri

3 hours ago 1
Sekolah Catur Utut Adianto dan Museum Catur Indonesia Raih Rekor Muri Penyerahan rekor Muri kepada Sekolah Catur Utut Adianto dan Museum Catur Indonesia(MI/Dok SCUA)

SEKOLAH Catur Utut Adianto (SCUA) yang dikenal sebagai sekolah catur pertama di Tanah Air, bersama Museum Catur Indonesia sebagai museum catur pertama di Indonesia, resmi mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri). 

Penghargaan diserahkan oleh pendiri Muri, Jaya Suprana, kepada pendiri SCUA sekaligus Pembina PB Percasi, Eka Putra Wirya, di Museum Rekor Dunia Indonesia, Gedung Jaya Suprana Institute, Kelapa Gading, Jakarta, Senin (22/9).

Jaya Suprana memberikan apresiasi atas inisiatif Eka Putra Wirya bersama GM Utut Adianto dan tim pengurus yang telah berkolaborasi menghadirkan sekolah sekaligus museum catur pertama di Indonesia. 

Eka Putra Wirya mengaku penghargaan menjadi dorongan besar untuk terus berkontribusi bagi perkembangan catur nasional.

"Saya rasa kami juga tidak menyangka bahwa kami diberikan oleh MURI untuk rekor ini. Karena kami menjalankan ini semua dengan cinta, dengan kasih semua yang kami perjuangkan untuk catur Indonesia," kata Eka.

Ia menambahkan, kecintaan terhadap catur yang ia bagikan bersama Utut Adianto dan Kristianus Liem menjadi alasan utama berdirinya SCUA. Lebih jauh, Eka bertekad melihat lahirnya pecatur kelas dunia dari Indonesia.

"Saya yakin bahwa suatu saat nanti kita akan mendapatkan atlet catur yang berbakat sekali dan didukung oleh keluarga juga pembinaan yang tepat. Maka bukan yang mustahil kalau kita bisa mendapatkan juara dunia dari Indonesia," ujarnya.

Meski sudah puluhan tahun mendedikasikan waktu, tenaga, dan materi untuk pembinaan catur, Eka menyebut semua itu terasa ringan karena dilakukan dengan sepenuh hati.

"Semua karena cinta. Kalau cinta tuh keluar duit juga enak. Jadi kalau cinta apa juga dijalankan. Jadi bukan karena saya tidak takutkan, tapi ini karena kecintaan saya akan catur," ungkapnya.

Eka juga dikenal aktif menyumbangkan ide untuk memasyarakatkan catur. Salah satunya menjalin kerja sama dengan BPK Penabur yang rutin mengadakan turnamen catur tingkat pelajar, baik nasional maupun internasional. Ia bahkan berharap sekolah dan museum catur bisa hadir di berbagai daerah di Indonesia dan terus lebih dekat dengan anak-anak.

Sebagai contoh, SCUA Bekasi kini rutin menggelar Chess Fun Night untuk menarik minat anak-anak.

"Jadi, tiap hari Selasa, dua minggu sekali, kita di Cafe Tutur membuat catur gembira. Kita ingin menyenangkan anak-anak kecil. Supaya catur mereka senang dengan catur. Kalau kita terlalu serius, mungkin mereka nggak mau tapi dengan cara kita memberikan sesuatu yang menarik, sesuatu yang gembira, ilmunya kita bisa masukkan dengan baik," jelasnya.

Menurut Eka, Indonesia memiliki banyak pemain catur potensial. Tantangan terbesarnya ialah memastikan pembinaan berjalan konsisten dengan dukungan lingkungan dan keluarga.

"Cuma kita bagaimana anak-anak ini dibina dengan baik, di lingkungan yang baik, dengan support orang tua juga yang baik. Itu akan bisa menjadikan kita berhasil," pungkasnya. (Z-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |