AWS Back-End Academy menyertakan modul Generative AI di jalur Back-End dan DevOps Academy dalam pelatihan mereka.(Freepik)
SEJAK 2017, Amazon Web Services (AWS) Indonesia mengklaim telah melatih lebih dari satu juta masyarakat Indonesia melalui beragam program pelatihan cloud computing dan kecerdasan buatan (AI). Capaian itu menandai tonggak penting dalam upaya memperkuat kompetensi digital nasional di tengah meningkatnya kebutuhan tenaga kerja di bidang teknologi.
Head of Training AWS Indonesia Yashinta Bahana menjelaskan, capaian ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang perusahaan untuk memperluas akses pendidikan teknologi bagi seluruh lapisan masyarakat.
“Kami berkomitmen meng-upskill Indonesia. Sejak 2017 lebih dari satu juta orang sudah kami latih, mulai dari pelajar, guru, UMKM, hingga penyandang disabilitas,” ujar Yashinta saat diwawancarai di Jakarta, belum lama ini.
Menurutnya, keberhasilan itu tidak lepas dari pendekatan pelatihan inklusif dan multikanal yang diterapkan AWS. Program dilakukan melalui platform digital AWS Skill Builder, kelas instruktur, serta inisiatif lokal berbahasa Indonesia seperti Terampil di Awan, CendekiAwan, dan AWS Back-End Academy yang dikembangkan bersama mitra lokal Dicoding.
“Kami ingin memastikan siapa pun, tanpa memandang latar belakang atau lokasi, punya kesempatan yang sama untuk belajar teknologi,” tegasnya.

Head of Training AWS Indonesia Yashinta Bahana dan lulusan AWS Back-End Academy, Sabrina Zulfa Wahidah, 20.
Pelatihan Gratis dan Sertifikasi Global
AWS Back-End Academy menjadi salah satu program unggulan yang membuka jalan karier bagi talenta muda daerah. Program beasiswa ini membimbing peserta dari tingkat pemula hingga mahir dan memberi akses ujian sertifikasi AWS Cloud Practitioner serta Solutions Architect Associate secara gratis. Seluruh modul disusun dalam Bahasa Indonesia agar mudah diakses oleh peserta di seluruh nusantara.
“Pelatihan ini kami desain agar setara dengan standar global tetapi tetap lokal dalam bahasa dan konteks. Kami ingin pelajar dari mana pun bisa bersaing di pasar kerja internasional,” jelas Yashinta.
Salah satu lulusan program itu, Sabrina Zulfa Wahidah, 20, membuktikan efektivitasnya. Berasal dari Kediri, Jawa Timur, ia kini bekerja sebagai DevOps Engineer di HOSTi sambil menempuh kuliah daring.
“Dulu saya cuma tahu dasar-dasar cloud dari SMK. Di Back-End Academy saya belajar membangun aplikasi dari awal hingga deployment,” ungkapnya.
“Programnya gratis, sertifikasinya juga difasilitasi AWS. Saya bisa belajar sambil kerja dan kuliah, itu sangat membantu.”
Bagi Sabrina, semangat itu terasa nyata. “Saya dulu cuma murid SMK dari Kediri, sekarang bisa kerja di bidang cloud dan bicara di AWS Community Day 2024. Rasanya luar biasa,” ujarnya.
Generative AI Masuk Kurikulum
Tahun ini, lanjut Yashinta, AWS menambah dimensi baru dalam pelatihannya dengan menyertakan modul Generative AI di jalur Back-End dan DevOps Academy. Upaya ini dilakukan untuk menyiapkan pengembang lokal menghadapi tren AI generatif yang kini menjadi fondasi industri teknologi global.
“Kami ingin talenta Indonesia tak hanya menjadi pengguna, tapi juga pencipta solusi AI,” ujar Yashinta.
Sebagai bagian dari dorongan tersebut, AWS Indonesia baru saja memecahkan rekor dunia Guinness World Records untuk kategori “The Most Apps Made On-Site with Generative AI Event.” Kegiatan yang melibatkan ribuan pelajar dan pendidik ini menghasilkan lebih dari 10 ribu aplikasi berbasis AI dalam satu acara.
“Rekor ini menunjukkan kapasitas dan semangat belajar masyarakat kita luar biasa,” tambahnya.
Program AWS tak hanya berfokus pada talenta profesional, tetapi juga menyasar pelajar SMA/SMK, guru, pelaku UMKM, hingga penyandang disabilitas. Melalui inisiatif Terampil di Awan, AWS menghadirkan pelatihan langsung ke sekolah-sekolah dan komunitas di 26 provinsi, lengkap dengan sesi mentoring dua bulan dan kompetisi inovasi cloud.
Pelatihan disampaikan secara offline maupun online sesuai kondisi jaringan di daerah. “Kalau wilayahnya belum punya koneksi stabil, kami datang langsung. Prinsipnya, tak ada yang tertinggal,” jelas Yashinta.
Mendukung Target 9 Juta Talenta Digital
Langkah AWS sejalan dengan target pemerintah untuk menyiapkan 9 juta talenta digital menuju Indonesia Emas 2045. Yashinta menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor menjadi kunci percepatan.
“Kami tak bisa bekerja sendiri. Karena itu kami bermitra dengan pemerintah, kampus, dan industri agar pelatihan kami berdampak luas,” katanya.
AWS juga menjadi mitra dalam program MSIB Kampus Merdeka, menyediakan jalur magang dan pelatihan cloud untuk mahasiswa. Selain itu, AWS bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam hackathon AI yang melibatkan ribuan peserta di seluruh Indonesia. (Z-10)


















































