Ilustrasi(freepik)
SEBUAH penelitian terbaru menunjukkan mengajarkan keterampilan sosial dan emosional di sekolah dapat berdampak besar pada prestasi akademik siswa, termasuk nilai matematika dan membaca. Hasil kajian yang dipublikasikan di Review of Educational Research ini menemukan siswa yang mengikuti program pembelajaran sosial-emosional (SEL) menunjukkan peningkatan rata-rata 8,4% dalam capaian akademik mereka.
"Penelitian kami menunjukkan siswa yang mengikuti program SEL eksplisit, terutama yang berlangsung lebih dari satu semester, dapat mengalami peningkatan prestasi akademik yang signifikan," kata Christina Cipriano, PhD, EdM, peneliti dari Yale Child Study Center dan direktur Education Collaboratory di Yale. "Ini bisa menjadi perbedaan antara nilai C dan B, atau B dan A."
Penelitian tersebut menganalisis 40 studi yang dilakukan antara 2008 hingga 2020, melibatkan hampir 34.000 siswa di 12 negara. Program SEL yang diteliti meliputi inisiatif yang dikembangkan sekolah maupun lembaga eksternal, dan diberikan kepada seluruh siswa di tingkat kelas atau sekolah.
Hasilnya menunjukkan siswa yang mengikuti pelajaran SEL secara langsung mengalami peningkatan 4,2 persentil dalam kinerja akademik keseluruhan dibandingkan dengan yang tidak mengikuti program tersebut. Secara spesifik, nilai membaca dan literasi meningkat 6,3 persentil, sementara matematika naik 3,8 persentil.
“Kognisi dan emosi saling terkait erat,” ujar Dr. Cipriano. “Ketika siswa diajarkan keterampilan untuk mengelola emosi secara sehat dan produktif, mereka menjadi lebih siap untuk belajar di berbagai bidang akademik.”
Menurut Sarah Davidon, EdD, penasihat kebijakan di Georgetown University School of Medicine, pembelajaran sosial-emosional membantu siswa mengembangkan empati, mengelola konflik, mengenali emosi, dan membangun hubungan yang sehat. “Sekolah, tempat anak menghabiskan sebagian besar waktunya, memiliki peran penting dalam mendukung kebutuhan sosial-emosional mereka,” ujarnya.
Selain meningkatkan prestasi, program SEL juga dapat mempersempit kesenjangan capaian akademik. Dr. Davidon menambahkan program ini membantu siswa yang menghadapi tantangan sosial-ekonomi, trauma, atau ketidaksetaraan sistemik dengan menumbuhkan ketahanan dan kemampuan mengatur stres.
“Ketika pembelajaran sosial-emosional menjadi bagian dari budaya sekolah, siswa belajar mengelola stres dan bekerja sama secara efektif,” katanya. “Keterampilan ini sangat berharga, terutama bagi siswa yang mungkin tidak memiliki kesempatan pendidikan awal yang memadai.”
R. Elizabeth Capps, PhD, dari Case Western Reserve University, menegaskan SEL juga berkontribusi pada iklim sekolah yang positif dan menumbuhkan rasa kebersamaan. “Ini membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih sehat dan inklusif,” ujarnya.
Peneliti sepakat bahwa pembelajaran sosial-emosional bukan hanya tentang perilaku, melainkan juga fondasi penting bagi keberhasilan akademik dan kesejahteraan mental siswa. Dengan mengajarkan empati, pengendalian diri, dan kemampuan berelasi, sekolah tidak hanya mencetak siswa cerdas, tetapi juga pribadi yang tangguh dan berdaya. (Parents/Z-2)


















































