Revisi Metodologi MSCI Jangan Rugikan Emiten Berfundamental Kuat

4 hours ago 2
Revisi Metodologi MSCI Jangan Rugikan Emiten Berfundamental Kuat Ilustrasi(Antara)

Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia, Pandu Sjahrir, menilai rencana Morgan Stanley Capital International (MSCI) untuk mengubah metode perhitungan free float saham di Indonesia perlu dikaji secara cermat. Menurutnya, kebijakan ini berpotensi membawa implikasi besar terhadap struktur pasar modal nasional, sehingga penting memastikan tidak ada dampak negatif terhadap emiten-emiten berfundamental kuat yang menjadi tulang punggung indeks.

“Kami mendukung langkah MSCI untuk memperkuat transparansi dan kredibilitas pasar modal Indonesia. Namun, perlu dijaga agar perubahan metodologi ini tidak membuat perusahaan dengan fundamental kuat kehilangan bobot yang semestinya di mata investor global,” ujar Pandu di Jakarta.

Sebelumnya, MSCI diketahui tengah menjajaki penggunaan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai acuan tambahan dalam menghitung free float saham. Selama ini, perhitungan hanya didasarkan pada laporan kepemilikan saham dari emiten, yang mencatat pemegang saham dengan porsi di atas 5 persen.

Melalui integrasi data KSEI, MSCI dapat memperoleh gambaran lebih detail atas kepemilikan di bawah 5 persen, termasuk kategori pemegang saham, baik individu, korporasi, maupun institusi investasi. Dalam rancangan metodologi baru, MSCI mempertimbangkan untuk mengklasifikasikan saham yang dimiliki oleh entitas korporasi sebagai non–free float, meskipun kepemilikan tersebut tidak berasal dari pihak pengendali.

Langkah ini dikhawatirkan akan menurunkan bobot sejumlah emiten besar seperti BBCA, BBRI, TLKM, dan ASII dalam indeks MSCI, mengingat tingginya struktur kepemilikan silang antarperusahaan di Indonesia.

Potensi Dampak dan Peluang Pasar

Pandu menilai, jika kebijakan tersebut benar-benar diterapkan, pasar perlu merespons secara rasional karena perubahan metodologi tidak mengubah nilai fundamental perusahaan.

“Perubahan ini bersifat teknis, bukan refleksi dari kinerja perusahaan. Justru di tengah koreksi seperti ini, ada peluang bagi investor untuk mengakumulasi saham-saham dengan fundamental kuat pada valuasi yang lebih menarik,” ujarnya.

MSCI masih membuka periode konsultasi publik hingga 31 Desember 2025, dan hasil final akan diumumkan sebelum 30 Januari 2026. Jika disetujui, metodologi baru akan berlaku mulai tinjauan indeks Mei 2026. Pandu menegaskan bahwa keberlanjutan dan kepercayaan investor global terhadap pasar modal Indonesia hanya dapat terjaga jika regulasi internasional diterapkan dengan memperhatikan karakteristik unik struktur kepemilikan korporasi di Indonesia.

“Kita harus memastikan bahwa upaya harmonisasi dengan standar global tetap sejalan dengan konteks domestik agar pertumbuhan pasar modal Indonesia tidak terhambat,” pungkasnya. (E-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |