Rayakan Hari Batik 2025, Dekranasda Sragen Gelar Fashion Show Batik

1 month ago 31
Rayakan Hari Batik 2025, Dekranasda Sragen Gelar Fashion Show Batik Ilustrasi(MI/WIDJAJADI)

DEWAN Kerajinan Nasional Daerah (DEKRANASDA) Kabupaten Sragen, Jateng memanfaatkan momentum perayaan Hari Batik Nasional 2025, dengan menggelar “Sragen Batik Fashion” di Gedung Sentra Industri Kreatif dan Kerajinan (SIKK), Kamis (2/10/2025).

Kegiatan ekonomi kreatif yang dihadiri Wakil Bupati Sragen, Suroto itu sekaligus sebagai ajang apresiasi budaya, sekaligus penguatan komitmen bersama untuk menjaga, melestarikan, dan kembangkan batik sebagai warisan Nusantara yang syarat dengan filosofi.

Ketua Dekranasda Sragen, Linda Sigit Pamungkas dalam kegiatan ekonomi kreatif itu melibatkan 20 pelaku Industri Kecil dan Menengah ( IKM ).  "Selain fashion show batik yang diikuti 20 IKM batik Sragen, juga mengedukasi ratusan siswa SD Kroyo untuk bagaimana membatik sejak usia dini," kata Linda.

Dalam perayaan Hari Batik Nasional 2025 itu, Dekranasda Sragen juga melaksanakan penandatanganan perjanjian kerja sama lintas sektor dalam rangka memperkuat kolaborasi pengembangan batik dan industri kreatif. 

Kerja sama tersebut mencakup dukungan akademik dan riset dari perguruan tinggi, fasilitasi permodalan dan layanan keuangan dari lembaga keuangan, optimalisasi pemasaran melalui jejaring digital, serta pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat.

“Dengan kolaborasi ini, kami berharap tercipta ekosistem kuat untuk mendukung pertumbuhan IKM batik dan kerajinan di Kabupaten Sragen naik kelas, ” ujarnya. 

Dekranasda Sragen bangga bahwa salah satu IKM berhasil meraih juara II tingkat nasional pada Dekranas Award 2025 kategori kayu melalui produk Bumerang Seni.

Pada bagian lain, Wakil Bupati Sragen Suroto menegaskan, perayaan Hari Batik Nasional diharapkan, tidak hanya menjadi momentum penting bagi pengrajin batik melainkan seluruh masyarakat Indonesia.

“UNESCO telah menetapkan batik Indonesia sebagai warisan budaya tak benda milik dunia. Pengakuan ini menjadi kebanggaan sekaligus tanggung jawab besar bagi kita untuk menjaga dan melestarikan,” ungkap dia.

Politisi PKB itu menegaskan, kabupaten Sragen memiliki sejarah panjang dan potensi besar dalam industri batik. Batik Sragen bukan hanya karya seni, tetapi juga sumber penghidupan, identitas budaya, dan penggerak ekonomi kreatif daerah.

Karena itu, ia mengajak generasi muda ikut menekuni batik sebagai simbol kecintaan terhadap budaya sekaligus motor penggerak perekonomian daerah. 

"Dengan kerja sama pemerintah, pengrajin, pelaku usaha, akademisi, komunitas, dan generasi muda, batik Sragen akan terus hidup di tengah arus modernisasi dan globalisasi,” tandas dia.

Sejarah Batik Sukowati

Sejarah batik Sragenan yang dalam perjalanan waktu terkenal menjadi batik Sukowati, tidak luput dari sejarah Raja Pakoe Boewono X dari Keraton Kasunanan, yang sering melakukan tetirah ke daerah, termasuk ke Sragen, yang menjadi bagian hilir transportasi perahu Bengawan Solo.

"Jadi batik pinggir Bengawan Solo menjadi bagian dari sejarah batik Keraton Kasunanan Surakarta, yang dalam perkembangannya menjadi bagian warna dari bagian batik Sragenan,"  ungkap Suroto.

Motif batik Sragenan atau batik Sukowati memiliki filosofi mendalam, yang dalam perkembangannya juga berkaitan erat dengan keberadaan situs purbakala Sangiran, yang makin mendunia.

Kabupaten Sragen dalam industri batik, merupakan salah satu sentra produksi batik berpengaruh di jagat perbatikan di tanah air. Ciri 
khas yang dimiliki, membedakan dengan  batik-batik daerah lain, bahkan batik Surakartan yang memiliki akar kuat.

Batik Sukowati atau disebut juga sebagai parang Sukowati telah lama menjadi ikon bagi Kabupaten Sragen. Selain menampilkan motifnya yang khas, batik Sukowati menyimpan filosofi tersendiri yang berkaitan dengan situs purbakala yang bernama Sangiran.

Dalam jurnal 'Perancangan Batik Sukowati dengan Sumber Ide Fosil Gading Gajah Sangiran' karya Yuyun Norkholifah, batik sukowati merupakan batik khas Sragen yang menonjolkan ciri khas dari daerah tersebut.

Batik motif qparang Sukowati menjadi wujud dari perkembangan identitas lokal Sragen. Kehadiran batik ini dianggap sebagai perpaduan yang harmonis dari unsur tradisi budaya asal dua daerah berbeda, yaitu Keraton Kasunanan Surakarta dan Sragen yang dulunya menjadi basis perlawanan Pangeran Mangkubumi, yang kemudian bertahta sebagai Sultan Ngayogjakarta yang pertama. (H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |