Rano Karno Ingin Jakarta Punya Pecalang seperti Bali

7 hours ago 1
Rano Karno Ingin Jakarta Punya Pecalang seperti Bali Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno.(Dok. Antara)

WAKIL Gubernur DKI Jakarta Rano Karno melontarkan gagasan menarik Jakarta perlu memiliki sistem keamanan sosial berbasis masyarakat seperti pecalang di Bali.

Menurutnya, penjaga lingkungan yang lahir dari warga sendiri bisa menjadi benteng pertama dalam mencegah konflik sosial di ibu kota.

“Saya selalu berusaha mengadaptasi hal-hal baik. Mohon izin, Bali memiliki kegiatan luar biasa yang disebut pecalang. Saya ingin meniru itu di Jakarta. Dulu Jakarta juga punya sistem seperti ini,” ujar Rano dalam sambutannya pada Dialog Silaturahmi Ulama, Pemerintah Daerah, dan Polri di Jakarta Pusat, Senin (3/11).

Rano menilai keberadaan pecalang Jakarta bisa memperkuat rasa tanggung jawab bersama dan menjadi solusi untuk meredam konflik sosial yang kerap muncul di ibu kota.

Ia menyinggung peristiwa kerusuhan pascademo pada Agustus lalu sebagai contoh lemahnya ikatan sosial di tingkat akar rumput.

“Coba bayangkan kalau Jakarta memiliki pecalang atau tokoh masyarakat yang aktif menjaga lingkungan. Saya yakin, kejadian-kejadian seperti kemarin bisa kita redam,” kata Rano.

Ia mengusulkan agar inisiatif tersebut tidak sekadar simbolik, melainkan melibatkan warga hingga tingkat RT dan RW.

Rano bahkan menggagas nama 'Pamong Budaya' sebagai bentuk adaptasi lokal dari konsep pecalang Bali, menyesuaikan dengan karakter Jakarta yang majemuk dan modern.

“Kita cari namanya nanti, tapi intinya kami ingin menciptakan pecalang-pecalang Jakarta agar masyarakat di tingkat bawah bisa terlibat langsung dalam pembangunan dan penjagaan kota ini,” ujarnya.

Rano kemudian menyinggung momentum pascakerusuhan Agustus–September lalu yang menjadi titik lahirnya kampanye Jaga Jakarta gerakan sosial untuk merajut kembali solidaritas warga ibu kota.

Dari hasil dialog bersama Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, keduanya sepakat menjadikan semangat 'Jaga Jakarta' sebagai gerakan kolektif.

“Pasca peristiwa tersebut, Jakarta berusaha merajut kembali semangat persatuan melalui kampanye kecil namun bermakna. Dari hasil dialog saya bersama Pak Gubernur, kami sepakat untuk menjaga semangat itu. Saya bilang kepada beliau, ‘Mas, saya minta izin, tagline Jaga Jakarta ini harus kita gunakan’,” tutur Rano.

Kini, semangat itu diwujudkan lewat pembentukan Posko Jaga Jakarta di berbagai tingkatan pemerintahan — dari provinsi hingga kelurahan. Posko menjadi ruang koordinasi antara pemerintah, aparat keamanan, dan masyarakat. Program Jaga Kampung pun turut digerakkan dengan melibatkan RT, RW, tokoh masyarakat, ulama, hingga komunitas ojek daring dan relawan warga.

“Komunikasi yang terbuka, saling menghormati, dan dilandasi kepercayaan menjadi fondasi penting dalam menjaga stabilitas dan kedamaian Jakarta,” tegas Rano.

Ia juga menekankan pentingnya peran ulama dan tokoh lintas agama sebagai peneduh sosial di tengah keberagaman Jakarta.

"Ulama bukan hanya ulama muslim saja. Tokoh masyarakat dan tokoh agama dari berbagai keyakinan juga merupakan bagian dari ulama di agamanya masing-masing. Karena kekuatan kita justru ada pada perbedaan itu,” ucapnya.

Rano menutup dengan menegaskan bahwa keamanan Jakarta bukan hanya tanggung jawab aparat, tetapi juga tugas bersama seluruh warga.

"Kita jaga kota ini dengan hati, bukan hanya dengan aturan,” katanya.  (H-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |