Susunan MBG di SPPG.(Dok. Antara)
PROGRAM Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kepulauan Riau dinilai belum berjalan mulus. Sepanjang September 2025, sembilan insiden tercatat, dengan tujuh kasus terjadi di Batam. Persoalan yang muncul bervariasi, mulai dari temuan ulat, jangkrik, serpihan kaca, menu yang dinilai tidak layak, hingga siswa yang mengalami mual dan muntah setelah menyantap hidangan MBG.
Di Batam, sederet insiden tercatat, antara lain ulat ditemukan pada buah pisang di SD HKI Bengkong Sadai, jangkrik di dalam paket makan SMAN 14 Batam, serpihan kaca di menu MBG SMAN 4 Batam, hingga ulat di timun burger siswa SMKN 7 Batam. Kasus lain yang sempat viral adalah keluhan wali murid terkait porsi dan kualitas menu di SDN 001 Batuaji.
Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bengkong Sadai, Syahrul Gunawan, menegaskan temuan ulat di SD HKI Bengkong Sadai tidak berasal dari nasi, melainkan dari buah pisang yang ikut disajikan hari itu. “Ini bukan dari nasi, ulat dari buah yang kami sajikan, dan itupun hanya satu ekor di satu ompreng dari 3.170 lebih yang kami salurkan,” katanya.
Sementara itu, Korwil SPPG Batam Defri Frenaldi mengatakan meskipun ada temuan itu pihaknya kembali mengawasi hal ini terulang lagi Kembali. Kasus paling menonjol terjadi di SDN 016 Sagulung, ketika 18 pelajar mengalami mual, pusing, hingga muntah setelah menyantap spaghetti MBG. Mereka sempat dibawa ke RS Elisabeth Sei Lekop maupun puskesmas terdekat, namun dokter memastikan tidak ditemukan indikasi keracunan makanan.
Sementara itu, seorang siswa SMP di Nongsa juga mengalami sakit perut setelah menyantap MBG. Namun hasil pemeriksaan menunjukkan keluhan disebabkan pantangan makanan pedas, bukan keracunan.
Di luar Batam, program MBG juga menuai kritik. Di Bintan, menu makanan disebut bau dan diduga basi. Meski dibantah pihak penyelenggara, puskesmas setempat tetap memberikan rekomendasi perbaikan standar kebersihan. Adapun di Karimun, 14 pelajar SMPN 2 sempat mual usai menyantap MBG. Hasil medis memastikan tidak ada keracunan, salah satunya disebabkan kondisi kesehatan siswa saat itu.
Penyelenggara MBG di sejumlah kecamatan menegaskan seluruh proses pengolahan makanan telah mengikuti standar yang ditetapkan. Kendati demikian, mereka mengakui berbagai insiden ini menjadi bahan evaluasi serius, terutama terkait pengawasan mulai dari dapur hingga distribusi ke sekolah.
Dengan sembilan kasus yang tercatat di Kepri, Batam menjadi daerah dengan jumlah insiden terbanyak. Program andalan pemerintah pusat itu pun kini mendapat sorotan tajam dari masyarakat dan kalangan pendidikan di daerah. (H-3)


















































