
KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) RI menyebutkan warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Nepal dalam keadaan selamat meski negara itu tengah diguncang kerusuhan besar anti-pemerintah.
Direktur Pelindungan WNI Kemenlu, Judha Nugraha menjelaskan pihaknya terus berkoordinasi dengan KBRI Dhaka yang memiliki akreditasi untuk Nepal, Konsul Kehormatan RI di Nepal dan simpul masyarakat Indonesia di sana untuk memastikan kondisi WNI.
"Saat ini tidak terdapat informasi adanya WNI yang menjadi korban kerusuhan tersebut," kata Judha dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (10/9). Dia juga meminta WNI yang tengah berkunjung atau berwisata di Nepal agar segera melapor melalui hotline KBRI Dhaka.
Data WNI di Nepal
KBRI Dhaka mencatat ada 57 WNI yang tinggal menetap di Nepal. Selain itu, terdapat 43 anggota delegasi RI yang menghadiri beberapa konferensi internasional di Kathmandu, dua personel TNI yang mengikuti pelatihan, serta 23 wisatawan asal Indonesia. WNI yang terdata tersebut terkonfirmasi dalam keadaan aman. "Mereka semua dipastikan dalam keadaan aman," sebut Judha.
Perdana Menteri dan Presiden Sama-sama Mundur
Meski pada Selasa (9/9), Pemerintah Nepal mencabut blokir medsos itu, kemarahan masyarakat terlanjut pecah. Menurut laporan Al Jazeera, Rabu (10/9), para pengunjuk rasa membakar gedung pemerintah dan rumah sejumlah tokoh politik.
Kerusuhan ini berujung pada pengunduran diri Perdana Menteri Nepal Sharma Oli, yang diserahkan langsung kepada Presiden Nepal Ram Chandra Paudel. Beberapa jam kemudian, masih pada Selasa (9/9), Presiden Ram Chandra juga menyatakan mundur, hingga kekosongan kekuasaan pun terjadi di negara itu.
Imbauan untuk WNI
Merespons situasi yang masih genting, KBRI telah mengeluarkan imbauan kepada seluruh WNI agar meningkatkan kewaspadaan, menghindari kerumunan, dan terus memantau perkembangan keamanan dari otoritas setempat.
Gelombang protes meletus setelah pemerintah Nepal memblokir sejumlah platform media sosial populer dengan alasan belum mendaftar sesuai regulasi baru.
Kebijakan ini, ditambah isu korupsi yang meluas, memicu amarah masyarakat terutama kalangan muda Generasi Z pada Senin (8/9). Aksi protes yang awalnya damai dengan cepat berubah menjadi kerusuhan besar dan penjarahan massal. Hingga Rabu (10/9), disebutkan sedikitnya 22 orang tewas akibat kerusuhan Nepal itu.
Para demonstran dilaporkan menyerbu gedung-gedung publik, kantor partai politik pemerintah hingga gedung parlemen yang kemudian dibakar. Kediaman pejabat tinggi, termasuk kantor presiden, juga menjadi sasaran. (M-1)