
PRESIDEN Korea Selatan, Lee Jae Myung, menyatakan terbuka terhadap kemungkinan kesepakatan antara Donald Trump dan Kim Jong Un yang bertujuan membekukan produksi senjata nuklir Korea Utara. Menurutnya, langkah ini bisa menjadi alternatif realistis dibanding terus mengejar target denuklirisasi penuh yang selama ini sulit tercapai.
Dalam wawancara dengan BBC, Lee menegaskan bahwa Korea Utara diperkirakan memproduksi 15 hingga 20 hulu ledak nuklir setiap tahun. Karena itu, pembekuan sementara, sebagai “langkah darurat”, dapat menjadi cara praktis untuk meredam ketegangan.
“Selama kita tidak menyerah pada tujuan jangka panjang denuklirisasi, menghentikan perkembangan nuklir dan misil Korea Utara sudah membawa manfaat nyata,” kata Lee.
Sejak mendeklarasikan diri sebagai negara nuklir pada 2022, Korea Utara menolak semua undangan kembali ke meja perundingan. Upaya diplomasi sebelumnya pun berulang kali gagal. Lee menilai, pertemuan kembali antara Trump dan Kim masih mungkin terjadi karena keduanya “memiliki tingkat saling percaya” yang bisa menguntungkan stabilitas di Semenanjung Korea.
Lee, yang baru menjabat pada Juni, berusaha memperbaiki hubungan antar-Korea setelah masa kepemimpinan Yoon Suk Yeol yang berakhir dengan pemakzulan akibat upaya memberlakukan darurat militer. Ia juga menghentikan siaran radio ke Korea Utara dengan alasan minim manfaat praktis. Meski langkah ini dikritik kelompok HAM, Lee menegaskan fokus utamanya adalah membangun kembali kepercayaan.
Namun, tantangan besar tetap membayangi. Korea Utara kini semakin mesra dengan Tiongkok dan Rusia, terutama setelah Kim Jong Un menghadiri parade militer di Beijing bersama Xi Jinping dan Vladimir Putin. Situasi ini, menurut Lee, menempatkan Seoul dalam posisi sulit. Ia menekankan pentingnya mempererat kerja sama dengan Amerika Serikat dan Jepang, sembari tetap menjaga hubungan perdagangan dengan Tiongkok.
Lee juga berhati-hati dalam menanggapi hubungan dengan Rusia yang belakangan menjalin kemitraan militer dengan Pyongyang. Meski mengecam invasi ke Ukraina, ia menegaskan kerja sama dalam isu tertentu tetap dimungkinkan demi perdamaian.
Di tingkat global, Lee mengakui PBB belum maksimal dalam menekan program nuklir Korea Utara akibat veto Tiongkok dan Rusia. Meski begitu, ia menilai Dewan Keamanan masih memiliki fungsi penting, meski reformasi besar dianggap tidak realistis.
Dengan gaya politik yang kini lebih moderat, Lee berusaha menempatkan Korea Selatan di jalur tengah dalam dinamika geopolitik yang kian terbelah. Baginya, membekukan program nuklir Korea Utara adalah langkah paling masuk akal menuju perdamaian regional dan stabilitas global. (BBC/Z-2)