
KETUA PMI Provinsi DKI Jakarta, Beky Mardani, menegaskan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam kegiatan donor darah. Menurutnya, meski Jakarta sudah memenuhi standar kebutuhan darah sesuai rekomendasi WHO, partisipasi anak muda masih harus terus ditingkatkan.
“Untuk generasi muda memang harus kita lebih dorong. Di Jakarta, kita sudah mulai dengan donor di sekolah-sekolah SMA, biasanya sekalian dengan pemeriksaan golongan darah. Harapannya ini bisa menular menjadi kebiasaan,” ujar Beky Mardani pada kegiatan sosial donor darah di Jakarta, Kamis (18/9/2025).
Beky menjelaskan, donor darah bukan hanya bermanfaat bagi penerima, tetapi juga bagi pendonor sendiri.
“Pendonor yang sehat bisa menolong orang lain. Satu kantong darah bisa menyelamatkan tiga nyawa. Itu catatan amal baik yang nilainya tidak ternilai,” tambahnya.
Ia juga menekankan di Jakarta, kebutuhan darah setiap hari mencapai 1.000–1.200 kantong. Darah ini diperlukan untuk berbagai keperluan medis, mulai dari operasi, pasien thalassemia, hingga kasus kegawatdaruratan lain.
“Rata-rata seribu kantong per hari harus tersedia. Itu pasokan yang harus dijaga, dan tentu harus aman dari penyakit menular seperti HIV, hepatitis, sifilis, dan malaria,” jelasnya.
Libatkan PMR
Selain mendorong donor darah di sekolah, PMI juga melibatkan Palang Merah Remaja (PMR) sebagai agen sosialisasi. Melalui PMR, edukasi mengenai pentingnya donor darah bisa menjangkau kalangan remaja lebih luas.
Dari sisi teknis, ia menambahkan calon pendonor harus memenuhi sejumlah syarat, seperti berusia minimal 17 tahun, memiliki kadar hemoglobin yang cukup, serta tekanan darah normal. Pendonor perempuan yang sedang menstruasi, misalnya, tidak dianjurkan untuk mendonor karena kondisi darahnya tidak stabil.
“Pemeriksaan awal dilakukan untuk memastikan pendonor benar-benar sehat dan darah yang diambil aman bagi penerima,” paparnya.
Beky juga meluruskan salah kaprah di masyarakat terkait biaya darah. Menurutnya, darah hasil donor tidak bisa langsung digunakan, tetapi harus melalui serangkaian proses pengolahan dan pemeriksaan laboratorium agar aman.
“Ada biaya pengolahan darah, itu bukan berarti darah diperjualbelikan. Biaya yang dibayar pasien atau rumah sakit adalah untuk proses laboratorium dan layanan medis, bukan harga darah itu sendiri,” tegasnya.
Lebih jauh, Beky menuturkan PMI DKI Jakarta kini melayani hampir 400 rumah sakit di ibu kota dan sekitarnya. Beberapa rumah sakit besar memang sudah memiliki Unit Donor Darah (UDD) sendiri, tetapi tetap mengambil sebagian stok dari PMI karena kebutuhan yang besar. Untuk memperkuat stok, PMI rutin menjalin kolaborasi dengan perusahaan, komunitas, dan organisasi kemasyarakatan.
Kegiatan donor darah yang digelar bersama PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK) dan Kementerian Kesehatan dalam rangka Hari PMI, menurut Beky, menjadi contoh sinergi yang baik antara pemerintah, PMI, dan dunia usaha. Ia berharap inisiatif serupa bisa diperluas di berbagai daerah agar kesadaran donor darah semakin meningkat. (Z-2)