
PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) bergerak cepat memulihkan pasokan listrik pascabencana banjir bandang yang melanda Kabupaten Nagekeo pada Senin (8/9).
Hingga Kamis (11/9/) pagi, tercatat 4.815 pelanggan atau sekitar 90 persen dari total 5.326 pelanggan terdampak sudah kembali menikmati listrik.
General Manager PLN UIW NTT F. Eko Sulistyono mengatakan, keberhasilan ini merupakan buah kerja keras tim tanggap darurat PLN yang diterjunkan sejak hari pertama bencana.
“Kami memahami listrik sangat vital bagi masyarakat, terutama di masa darurat. Karena itu tim bekerja siang malam menembus medan berat agar layanan cepat pulih,” ujarnya.
Banjir bandang yang menerjang 20 desa di tiga kecamatan yakni Mauponggo, Boawae, dan Nangaroro, merusak infrastruktur kelistrikan, jaringan distribusi, hingga instalasi pelanggan. Selain kerusakan fisik, bencana ini juga menelan korban jiwa, dengan 5 orang meninggal dan 3 masih dalam pencarian.
PLN menurunkan lebih dari 50 personel dengan dukungan armada teknis untuk menembus akses yang terputus akibat longsor dan jembatan rusak.
Sebagian titik gangguan yang masih tersisa sekitar 10 persen belum bisa ditangani karena medan ekstrem. PLN berkoordinasi dengan BPBD, TNI, dan Polri untuk membuka akses jalan agar perbaikan bisa segera dilakukan.
“Keselamatan petugas tetap prioritas. Begitu akses terbuka, kami akan segera menuntaskan 100 persen pemulihan,” tambah Manager PLN ULP Bajawa Dwi Prasetya Utomo yang memimpin operasi di lapangan.
Selain memulihkan jaringan, PLN juga memprioritaskan fasilitas vital seperti rumah sakit, puskesmas, kantor pemerintahan, dan posko pengungsian. Perusahaan listrik negara ini juga menyalurkan bantuan sosial berupa air bersih, sembako, dan kebutuhan pokok bagi warga terdampak banjir.
“Capaian 90% dalam waktu kurang dari tiga hari adalah kerja luar biasa. Kami ingin masyarakat Nagekeo tahu bahwa PLN hadir sebagai mitra setia, bahkan di saat-saat paling sulit,” kata F. Eko Sulistyono.
Dia mengatakan, PLN menargetkan pemulihan penuh bisa segera tuntas seiring membaiknya kondisi cuaca dan akses menuju desa-desa terisolasi. (PO/E-4)