
KEPALA Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Kabasarnas), Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, selama kurang lebih tiga jam memaparkan tentang sumber daya Indonesia SAR Indonesia saat menghadapi ancaman, gangguan, hambatan, bencana alam di Indonesia di Kantor SAR Denpasar, Kamis malam (16/10).
Di hadapan ratusan pegawai Basarnas Denpasar Bali, NTB, NTT, Mohammad Syafii menjelaskan seluruh potensi penangan bencana alam di tengah sumber daya yang bisa dibilang minim. Dalam kunjungan tersebut turut mendampingi Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Sistem Komunikasi dan Sekretaris Utama dan Kepala Biro Humas dan Umum.
Dalam arahannya ia mengatakan, tantangan Basarnas RI sungguh luar biasa. Luas wilayah Indonesia sekitar 5 juta kilometer persegi. Harapannya, setiap kabupaten harus memiliki Kantor SAR. "Andaikan kita bangun satu tahun satu kantor SAR di setiap kabupaten maka butuh 500 tahun untuk melengkapimya. Saat ini hanya dilayani sekitar 4 ribu personil.
Tantangan lain adalah sarana dan prasarana (Sarpras). "Jangan lakukan apa pun kalau Sarpras tidak aman. Tapi tanggung jawab secara professional tetap harus dilakukan. Ada keterbatasan anggaran yang besar. Ini sedang proses," ujarnya.
Dalam arahannya, Kabasarnas menekankan, program kerja Basarnas yang sejalan dengan Asta Cipta 2025 hingga 2029, yakni digital E-SAR platform, Sistem SAR Nasional Terpadu, pelayaran dan penerbangan nasional di kawasan industry, wisata, dan logistic, Pelatihan SAR terpadu nasional dan internasional, kerja sama peningkatan keselamatan dan keamanan industry dalam negeri, penguatan Unit Siaga SAR di daerah terpencil dan perbatasan, Pelibatan potensi SAR dan Pemberdayaan masyarakat dalam tanggap darurat SAR bencana alam.
Operasi SAR yang cukup menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat Indonesia yakni runtuhnya bangunan Ponpes 4 lantai. Penanganan ini merupakan tantangan yang berat hingga memerlukan penanganan khusus. Kasus-kasus serupa juga pernah dihadapi tim Basarnas dan unsur SAR gabungan lainnya. Hal inilah yang menuntut keberadaan para personel terlatih dan profesional.
KETERBATASAN
Namun menurut Kabasarnas ada juga yang menjadi keterbatasan hingga memerlukan kontribusi ekstra. Mengingat luas wilayah Indonesia mencapai 5.180.053 kilometer persegi, berbentuk kepulauan dan didominasi perairan, sementara SDM, peralatan juga teknologi masih belum mencukupi. "Keterbatasan-keterbatasan yang ada harus bisa diatasi dengan penyesuaian agar hasilnya tidak mengecewakan atas ekspektasi publik," ujarnya.
Idealnya standar layana pencarian dan pertolongan harus setara dengan standar internasional yang dijalankan pada IMO, ICAO dan INSARAG. Untuk bisa memenuhi capaian tersebut diperlukan adanya balai pelatihan wilayah timur, tengah dan barat, pemenuhan sarana dan prasarana berstandar internasional, SDM yang profesional dan teruji dan regulasi berlaku nasional, regional dan internasional.
Tercatat pada 2024 terjadi 2.562 operasi SAR yang terdiri dari 7 kecelakaan pesawat udara, 869 kecelakaan kapal, 67 kecelakaan penanganan khusus, 146 bencana dan 1.473 kondisi membahayakan jiwa manusia. Ada 41.049 total korban yakni 38.871 selamat, 1.774 meninggal dan 458 hilang.
Angka tersebut menurun di 2025 hingga Oktober, yakni sebanyak 1.865 operasi SAR yang terdiri dari 3 kecelakaan pesawat udara, 667 kecelakaan kapal, 58 kecelakaan penanganan khusus, 121 bencana dan 1.213 kondisi membahayakan jiwa manusia.
Jumlah korban sebanyak 8.430 orang yang terdiri dari 6.720 orang selamat, 1.327 meninggal dan 383 hilang. Beberapa operasi SAR yang menjadi sorotan khusus diantaranya KMP Tunu Pratama, bencana banjir di Bali, WNA terjatuh di TNG Rinjani dan runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny.
Tantangan-tantangan itu bisa dijawab dengan upaya, kerja keras, sinergitas dan totalitas hingga bisa mendapatkan capaian yang membanggakan. “Keberhasilan bukan hanya ditentukan oleh kecepatan, tetapi diperlukan kejelian dalam merespon dan kepedulian dalam bertindak,” ungkapnya.
CAPAIAN PELAYANAN
Selain di lapangan, ada beberapa capaian sistem pelayanan seperti Medium Classified 2019, penilaian sangat baik system pemerintahan berbasis elektronik, penilaian sangat baik penghargaan sistem merit, peringkat 8 besar terbaik se-Asia Pasifik sebagai tim SAR, juara 2 anugerah reksa bandha sertifikasi barang milik negara, Penilaian A indeks penyelenggaraan pelayanan publik, opini WTP sebanyak 15 kali berturut-turut atas laporan keuangan Basarnas, penilaian AA istimewa pada indeks reformasi hukum, penilaian AA sangat memuaskan hasil pengawasan kearsipan, penilaian dengan predikat informasi anugerah keterbukaan informasi publik, penilaian sangat baik dalam indeks perencanaan pembangunan.
"Menyelamatkan satu nyawa bukan hanya sekadar tugas, tetapi bentuk investasi negara terhadap masa depan bangsa. Kita mungkin tidak bisa menyelamatkan semua, tapi setiap nyawa yang tertolong adalah kemenangan kemanusiaan,” tutupnya. (E-2)