 Program Pelatihan Pembangkit Listrik Tenaga Batubara di Universitas Normal Shenyang, Tiongkok.(DPPI)
                                Program Pelatihan Pembangkit Listrik Tenaga Batubara di Universitas Normal Shenyang, Tiongkok.(DPPI)
                            Sebagai wujud komitmen terhadap pengembangan energi berkelanjutan dan efisiensi rendah karbon, PT Datang DSSP Power Indonesia (DDPI) mengirimkan empat karyawannya untuk mengikuti Program Pelatihan Pembangkit Listrik Tenaga Batubara bagi negara-negara Belt and Road Initiative (BRI) yang diselenggarakan di Universitas Normal Shenyang, Tiongkok.
Program pelatihan yang berlangsung pada 9-22 Oktober 2025 ini diikuti oleh 25 peserta dari berbagai negara mitra BRI dan menjadi wadah pertukaran pengetahuan mengenai transformasi industri energi Tiongkok. Negara dengan lebih dari 1.195 pembangkit listrik tenaga batubara ini tengah memimpin revolusi besar dalam konversi sistem energi, mengubah pembangkit konvensional yang dulu dianggap polutif menjadi pembangkit rendah emisi dan efisien energi.
“Peserta tidak hanya mempelajari teknologi, tetapi juga menyaksikan langsung transformasi hijau yang mengubah wajah sektor energi Tiongkok,” ujar Managing Director DDPI Wang Gengming.
Menurut Wang, meski batubara masih menyumbang sekitar 55 persen dari bauran energi nasional Tiongkok, negara tersebut kini memimpin dunia dalam penerapan standar ultra-rendah emisi. Transformasi ini tampak nyata pada Pembangkit Listrik Tuoketuo China Datang, pembangkit terbesar di dunia dengan kapasitas 6,72 GW. Melalui investasi senilai 1,8 miliar RMB, pembangkit tersebut berhasil menurunkan emisi SO2 hingga 77%, NOₓ sebesar 67%, dan debu 71%, sekaligus menghemat 11,45 juta ton air per tahun.
Empat unit yang telah direvitalisasi bahkan mampu menghemat 470.000 ton batubara dan menurunkan emisi CO2 sebesar 1,22 juta ton setiap tahun. Sementara itu, Pembangkit Listrik Ledong National Energy Corporation kini mencatat tingkat emisi debu hanya 1 mg/meter kubik, jauh di bawah standar internasional. Adapun Pembangkit Huaxia Xiangxi di Guangdong menjadi tolok ukur efisiensi global dengan konsumsi batubara terendah, yakni 267 gram per kWh untuk unit berkapasitas 1.240 MW.
Salah satu peserta dari DDPI, Chandra Duardo, mengungkapkan bahwa inovasi Tiongkok tidak hanya berfokus pada pengurangan emisi, tetapi juga pada pengelolaan limbah sebagai sumber daya ekonomi baru.
“Abu terbang diolah menjadi bahan beton, keramik, dan media remediasi tanah, sementara gipsum desulfurisasi dimanfaatkan untuk bahan bangunan dan amandemen tanah pertanian,” jelas Chandra.
Ia menambahkan, Pembangkit Listrik Teluk Meizhou telah menerapkan sistem zero liquid discharge, memanfaatkan 753.000 ton air limbah untuk proses produksi pada tahun 2024. Selain itu, Tiongkok mulai mengembangkan teknologi ko-pembakaran biomassa dan amonia hijau yang bersumber dari energi terbarukan, seperti pada Pembangkit Zhili Changhe Zaozhou yang mampu menghemat 2.900 ton batubara dan menurunkan 5.500 ton CO2 per tahun.
Peserta lain dari DDPI, Sahman Saragih, menuturkan bahwa revolusi digital menjadi pilar baru dalam modernisasi pembangkit listrik Tiongkok.
“Melalui penerapan Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan Internet of Things (IoT), pembangkit kini mampu melakukan pemantauan panoramik, optimasi otomatis pembakaran, serta pemodelan emisi CO2 menggunakan machine learning. Hasilnya adalah efisiensi operasi yang meningkat dan jejak karbon yang semakin kecil,” ujarnya.
Jembatan Kolaborasi Energi Berkelanjutan
Presiden Direktur DDPI, Yang Kai, menegaskan bahwa keikutsertaan DDPI dalam program pelatihan ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk memperkuat kapasitas sumber daya manusia di bidang energi hijau dan teknologi rendah emisi.
“Program ini merefleksikan semangat Community of Shared Future for Mankind dalam kerangka kerja sama Belt and Road Initiative. Pada paruh pertama 2025, keterlibatan energi dalam proyek BRI mencapai US$42 miliar, meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya, dengan investasi energi hijau mencapai US$9,7 miliar dan kapasitas terpasang 11,9 GW,” ungkapnya.
Sejak komitmen Tiongkok pada September 2021 untuk tidak lagi membangun pembangkit batubara baru di luar negeri, arah investasi global di bawah BRI pun beralih menuju energi hijau dan pembangunan berkelanjutan. Menurut Yang Kai, langkah ini menjadi bukti bahwa transisi energi dan kerja sama internasional dapat berjalan beriringan, membuka peluang besar bagi negara-negara mitra, termasuk Indonesia, untuk mempercepat dekarbonisasi sambil memperkuat kemandirian energi nasional. (E-3)

 4 hours ago
                                1
                        4 hours ago
                                1
                    
















































