
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa Indonesia memiliki sekitar 15.000 kasus kanker serviks setiap tahun. Faktanya, Indonesia adalah negara dengan jumlah kanker serviks tertinggi di dunia.
Seperti namanya, kanker serviks menyerang kesehatan organ reproduksi wanita. Gangguan pada organ reproduksi wanita terletak di antara vagina dan rahim.
Kanker ini umumnya disebabkan oleh infeksi virus, yaitu papillomavirus human (HPV), dalam alat kelamin wanita. HPV sebenarnya memiliki banyak subtipe, seperti 1, 2, 3. Namun, kanker serviks disebabkan oleh subtipe 16 hingga 18.
Diagnosis kanker serviks dimulai dengan penapisan menggunakan Pap smear atau tes HPV guna menemukan sel yang abnormal. Dokter akan melakukan kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan alat pembesar) beserta biopsi (pengambilan sampel jaringan) guna memastikan adanya sel kanker jika hasilnya mencurigakan.
es lanjutan semacam MRI, CT scan, atau PET scan bisa digunakan untuk menentukan stadium dari kanker. Tes ini juga dapat digunakan pula untuk melihat akan penyebarannya.
Pada bulan Mei 2024, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) menyetujui metode skrining human papillomavirus (HPV) baru: pengumpulan sendiri HPV di tempat perawatan kesehatan, seperti klinik perawatan darurat, kantor dokter perawatan primer, laboratorium, atau apotek.
Metode skrining baru ini memberi pasien pilihan untuk mengambil sampel mereka sendiri untuk tes HPV guna mendeteksi kanker serviks. Meski masih dilakukan di kantor penyedia layanan kesehatan, pengambilan sampel HPV sendiri memungkinkan Anda untuk mengambil sampel vagina Anda sendiri di ruang pribadi, mirip dengan cara Anda mengambil sampel urin.
Sebelumnya, hanya penyedia layanan kesehatan yang dapat mengumpulkan sampel untuk pengujian HPV. Pengujian menggunakan sampel yang dikumpulkan sendiri sudah digunakan di beberapa negara termasuk Australia, Denmark, Belanda, dan Swedia.
Mengapa ini penting?
HPV menyebabkan sebagian besar dari sedikitnya enam jenis kanker, termasuk lebih dari 90% kanker serviks. Siapa pun yang memiliki serviks harus memulai pemeriksaan kanker serviks rutin di usia 20-an dengan tes Pap setiap tiga tahun.
Mereka yang berusia 30-an dapat menjalani tes Pap setiap tiga tahun, tes HPV saja setiap 5 tahun, atau tes Pap yang dikombinasikan dengan tes HPV (co-testing) setiap lima tahun. Dengan meningkatkan akses ke tes HPV, kita dapat mencegah lebih banyak kanker dan menyelamatkan nyawa.
Mungkin ada juga manfaat bagi mereka yang menghindari pemeriksaan karena konflik dengan keyakinan budaya atau potensi ketidaknyamanan atau rasa malu selama prosedur, karena mereka sekarang dapat mengumpulkan sampel mereka sendiri untuk pengujian.
Meskipun metode pengujian ini telah disetujui oleh FDA, ketersediaannya dapat bervariasi tergantung pada penyedia layanan. Jika Anda menghadapi kendala dalam pengujian HPV, termasuk ketidaknyamanan dengan penyedia layanan kesehatan yang melakukan pengujian, Anda harus berbicara dengan penyedia layanan kesehatan tentang pilihan Anda dan menanyakan apakah pengambilan sampel sendiri merupakan pilihan yang tersedia bagi Anda.
Pemeriksaan mandiri seperti tes HPV swab di rumah tidak menggantikan kunjungan tahunan ke dokter atau dokter kandungan, di mana pemeriksaan menyeluruh termasuk penilaian risiko kanker payudara, pemeriksaan klinis payudara, dan diskusi tentang riwayat kesehatan pribadi maupun keluarga tetap diperlukan. Jika hasil tes mandiri positif, tetap wajib melakukan tindak lanjut medis untuk konfirmasi dan perawatan lebih lanjut.
Pengambilan sampel HPV sendiri di fasilitas kesehatan dapat menjadi langkah awal menuju pengujian di rumah, yang berpotensi meningkatkan akses pemeriksaan kanker serviks. Survei Deteksi Dini 2024 oleh Prevent Cancer Foundation menemukan bahwa 26% wanita yang terlambat melakukan skrining rutin akan lebih memprioritaskan pemeriksaan jika tersedia opsi tes di rumah.
Inovasi pengumpulan sampel mandiri ini merupakan terobosan penting yang dapat memperluas pilihan skrining, memungkinkan deteksi dini dan pencegahan lebih banyak kasus kanker serviks pada stadium yang lebih dapat diobati.
Untuk perlindungan optimal terhadap kanker serviks, pastikan Anda telah menerima vaksin HPV yang direkomendasikan untuk usia 9-26 tahun (juga tersedia untuk usia 27-45 tahun setelah konsultasi dengan dokter).
Selain vaksinasi, lakukan skrining rutin melalui tes HPV dan Pap smear untuk mendeteksi sel prakanker yang dapat diatasi sebelum berkembang menjadi kanker, atau menemukan kanker pada stadium dini demi hasil pengobatan yang lebih baik.
Jika Anda berisiko tinggi terkena kanker serviks karena sistem imun yang menurun (misalnya, akibat infeksi HIV, transplantasi organ atau sel punca, atau penggunaan steroid jangka panjang), karena Anda terpapar DES saat masih dalam kandungan, atau karena Anda pernah menderita kanker serviks atau kondisi prakanker tertentu, Anda mungkin perlu menjalani pemeriksaan lebih sering. Ikuti anjuran penyedia layanan kesehatan Anda.
Sumber berita: WHO, Prevent Cancer Foundation.