Perempuan Ini Alami Anemia B12 Akibat Kebiasaan Menjilat Bubuk Pemutih

3 hours ago 2
Perempuan Ini Alami Anemia B12 Akibat Kebiasaan Menjilat Bubuk Pemutih Ilustrasi(pixaby)

SEORANG perempuan asal Michigan mengalami kondisi medis langka yang mengejutkan tim dokter. Pasien berusia 36 tahun itu datang ke unit gawat darurat dengan keluhan sesak napas berat, nyeri perut, dan kelelahan yang dialami selama sekitar satu hari. Namun, pemeriksaan lebih lanjut mengungkap penyebab tersembunyi dari perilaku anehnya, kebiasaan mencicipi bubuk pemutih rumah tangga.

Perempuan ini memiliki riwayat medis yang kompleks, termasuk obesitas, sleep apnea, dan kekurangan vitamin. Ia juga memiliki riwayat gangguan psikiatri seperti kecemasan, depresi, dan PTSD. Dua kali sebelumnya ia pernah dirawat karena episode psikiatri, meski belakangan kondisinya relatif stabil berkat pengobatan berupa antidepresan harian dan suntikan antipsikotik bulanan.

Di rumah sakit, pasien mendapat transfusi darah setelah hasil laboratorium menunjukkan anemia parah. Kondisinya diperburuk dengan kadar hemoglobin dan trombosit yang rendah, serta tanda pembesaran jantung pada rontgen. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan kadar zat besi dan folat normal, namun kadar vitamin B12 pasien sangat rendah. Tes lanjutan bahkan menemukan antibodi yang mengganggu penyerapan vitamin tersebut.

Pernicious anemia

Dokter pun mendiagnosis pasien mengalami pernicious anemia, kondisi ketika sistem imun menyerang sel lambung yang berfungsi menyerap vitamin B12. Tanpa asupan vitamin yang cukup, tubuh tidak bisa memproduksi sel darah merah sehat. Kekurangan berkepanjangan dapat menimbulkan gangguan kognitif hingga perubahan perilaku.

Setelah kondisinya stabil, pasien menjalani evaluasi psikiatri. Saat itu ia mengaku sudah lebih dari sebulan mencicipi bubuk pemutih dua hingga tiga kali sehari. Ia menyukai aroma tajam serta tekstur kasarnya, meski hanya menjilat jarinya yang dibubuhi bubuk, memasukkannya ke mulut, lalu berkumur sebelum meludah. Ia menegaskan tidak pernah menelan bubuk tersebut.

Pica

Perilaku tersebut mengarah pada pica, gangguan di mana seseorang secara kompulsif mengonsumsi atau merasakan zat yang bukan makanan, seperti tanah atau es. Dalam kasus ini, perilaku pasien diyakini berhubungan dengan anemia yang dideritanya akibat defisiensi vitamin B12.

Perawatan awal difokuskan pada stabilisasi kondisi melalui transfusi darah dan pemantauan intensif di ICU. Setelah cukup membaik, pasien diberi resep suplemen vitamin B12 serta obat penurun asam lambung. Ia juga dijadwalkan menjalani endoskopi untuk memeriksa adanya radang lambung. Dokter menekankan pernicious anemia membutuhkan suplementasi B12 seumur hidup untuk mencegah kekambuhan dan mengurangi gejala psikiatri.

Meski demikian, setelah keluar dari rumah sakit, pasien tidak kembali untuk pemeriksaan lanjutan sehingga kelanjutan pengobatan maupun kondisi kesehatannya tidak diketahui.

Defisiensi Vitamin B12

Kasus ini tergolong unik karena perilaku pica pasien bukan dipicu kekurangan zat besi atau zinc, melainkan akibat defisiensi vitamin B12 yang parah. Dokter menyebut temuan tersebut sebagai laporan pertama yang tercatat dengan latar belakang anemia B12.

Para klinisi juga menyinggung adanya varian pica yang baru dikenal, yaitu desiderosmia. Kondisi ketika dorongan lebih banyak dipicu bau dibanding rasa atau tindakan menelan.

Kasus ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara psikiatri dan kedokteran dalam memberikan perawatan menyeluruh. Gejala perilaku yang tampak aneh sebaiknya tidak langsung dianggap sebagai masalah psikologis semata, melainkan bisa menjadi petunjuk awal penyakit serius yang tersembunyi. (Livescience/Z-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |