Ilustrasi--perajin tahu tempe(ANTARA/Harviyan Perdana Putra)
PARA perajin tahu dan tempe di Provinsi Lampung masih menggantungkan bahan baku dari kedelai impor. Alasannya, bukan semata karena pasokan yang lancar, tetapi juga karena kualitas kedelai impor dinilai lebih baik dibandingkan kedelai lokal. Selain itu menyangkut harga dan ketersediaan stok kedelai impor saat ini terbilang masih stabil.
Sendi Ferdian, perajin tahu tempe asal Kelurahan Jagabaya III, Kecamatan Way Halim, Bandar Lampung mengatakan, harga kedelai saat ini di kisaran Rp9.400 per kilogram. Ia mengaku belum ada perubahan harga dari bulan sebelumnya.
“Harga masih sama, belum ada kenaikan. Saya beli dari distributor,” ujar Sendi.
Menurut Sendi, kedelai impor memiliki kualitas yang lebih bagus dibandingkan kedelai lokal.
“Kalau pun kedelai lokal lebih murah, kami tetap pilih yang impor karena hasilnya lebih bagus,” tambahnya.
Ia menjelaskan, kenaikan harga kedelai bisa berdampak langsung pada produksi. Jika harga bahan baku naik signifikan, satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan mengurangi ukuran tahu dan tempe. Namun langkah itu tidak mudah dilakukan karena bisa memicu protes dari konsumen.
“Konsumen biasanya langsung tanya ke pedagang kenapa ukurannya mengecil,” katanya.
Saat ini, ia mengaku pasokan kedelai untuk usahanya relatif masih lancar dan stabil. Dalam sebulan Sendi mengaku membeli hingga empat ton kedelai.
Hal senada diungkapkan oleh Amuh, perajin tahu asal Kelurahan Gunung Sulah, Kecamatan Way Halim, Bandar Lampung. Ia menyebut harga kedelai saat ini berada di kisaran Rp9.500 per kilogram, turun cukup jauh dibandingkan 2024 lalu yang sempat mencapai Rp12 ribu per kilogram. Ia biasa menggunakan kedelai impor yang beredar di pasaran.
“Sudah puluhan tahun enggak ada kedelai lokal,” ujarnya.
Menurut Amuh, kenaikan harga kedelai akan langsung berpengaruh pada penghasilan perajin. Namun menaikkan harga jual produk tahunya bukanlah solusi, karena daya beli masyarakat sedang menurun.
“Kalau harga naik penghasilan otomatis turun. Enggak bisa langsung naikin harga, paling ukuran yang dikurangi. Itu pun kalau harga kedelai sudah di atas Rp12 ribu,” tuturnya.
Ia menilai kendala utama saat ini adalah lesunya daya beli masyarakat.
“Pasokan aman, tapi pasar sepi. Jadi kalau stok kedelai banyak tapi pembeli enggak ada, ya percuma juga,” katanya.
Harga Kedelai Masih Stabil
Umiati, distributor kedelai di Purwodadi Dalam, Lampung Selatan, menyebut harga kedelai super kini berada di angka Rp9.500 per kilogram, turun dari harga sebelumnya Rp10 ribu.
Ia mendapat pasokan dari pengepul dan menjualnya ke perajin tahu tempe.
“Sekarang ini pembelian berkurang. Dulu ambil sembilan ton habis dalam 25 hari, sekarang enam ton bisa sebulan,” ujarnya.
Ia menambahkan, penurunan pembelian bukan hanya karena produksi berkurang, tetapi juga karena banyaknya pedagang keliling yang menjual kedelai dengan kualitas tak terjamin.
Meski begitu, stok kedelai di wilayahnya masih aman dan mampu memenuhi kebutuhan perajin.
Sementara itu Bintang Bayu, Ketua Paguyuban Tahu Tempe Dusun 3 Desa Purwodadi Dalam, Lampung Selatan mengungkapkan, harga kedelai di koperasi tempatnya saat ini juga berada di kisaran Rp9.500 per kilogram. Ia menilai harga tersebut masih ideal.
“Enggak terlalu tinggi, enggak terlalu rendah. Masih ada margin sekitar empat ratus sampai lima ratus per kilo,” katanya.
Namun, Bintang mengakui produksi tahu dan tempe di daerahnya sedang mengalami penurunan. Selain faktor harga bahan baku, munculnya pesaing dari Bandar Lampung yang menawarkan harga jual lebih murah sehingga ikut memengaruhi pasar.
“Sekarang ini, produksi turun karena banyak produk dari luar daerah yang masuk ke pasar sini,” ujarnya. Meski begitu, tambahnya, pasokan kedelai dari distributor masih lancar, bahkan sering kali stok datang sebelum habis.
Menurut Ketua Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo), Hidayatullah Suragala, harga kedelai di pasaran wilayah Lampung yang berkisar Rp9.400 sampai Rp9.500 perkilogram adalah normal dan wajar.
Hidayat mengungkapkan, sebagai dampak dari adanya kenaikan harga kedelai di pasar global beberapa hari terakhir, harga jual kedelai di tingkat importir saat ini sempat mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp. 8.700/kg menjadi Rp. 8.800-Rp. 8.850/kg.
“Diharapkan sampai dengan akhir 2025 tidak terjadi gejolak kenaikan harga yang terlalu tajam, sehingga para perajin tempe dan tahu nasional bisa tetap berproduksi dan mendapatkan keuntungan,” ujar Hidayat, Selasa (28/10).
Akindo juga memastikan pasokan kedelai nasional dalam kondisi aman dan mencukupi kebutuhan perajin tahu dan tempe untuk dua bulan ke depan, berkisar antara 220.000 hingga 250.000 ton per bulan.
Hidayat menyebutkan, permintaan kedelai nasional dalam lima tahun terakhir relatif stagnan antara 2,6–3 juta ton per tahun. (Z-1)


















































