
PENELITI Senior dari Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli menilai Presiden Prabowo Subianto setengah hati dalam mengacak ulang atau me-reshuffle anggota Kabinet Merah Putih.
Ia mengatakan sebagian dari reshuffle kabinet merupakan tuntutan publik. Namun, sayangnya reshuffle tidak menyasar menteri yang bermasalah.
"Sebagian dari reshuffle kabinet tersebut merupakan tuntutan publik. Namun sayang, reshuffle yang dilakukan setengah hati karena menteri yang lain yang dituntut publik tidak diganti. Padahal masih ada beberapa menteri yang bermasalah dan kinerjanya buruk tidak diganti," kata Romli kepada Media Indonesia, Rabu (10/9).
Di lain sisi, Romli juga melihat reshuffle kabinet lebih kepada konsolidasi kekuasaan oleh Presiden Prabowo. Ia mengatakan Presiden Prabowo mengangkat sosok yang dekat dan dipercaya menggantikan mereka yang dekat dengan sosok tertentu.
Di antaranya, Menkopolkam Budi Gunawan yang dekat dengan PDI Perjuangan dan Megawati Soekarnoputri diganti Sjafrie Sjamsoeddin yang dipercaya oleh Presiden Prabowo. Selain itu, Prabowo juga mencopot menteri era Presiden ke-7 RI Joko Widodo seperti Sri Mulyani dan Dito Ariotedjo.
"Reshuffle kabinet ini untuk konsolidasi kekuasaan. Figur yang diangkat yang dekat dengan Kertanegara (kediaman Prabowo). Figur yang dianggap dekat dengan Jokowi mulai dikurangi. Sementara figur yang dianggap dekat dengan Ibu Megawati atau PDIP juga diganti. Untuk sementara posisi Menkopolkam yang merupakan posisi strategis, dipegang oleh figur kepercayaan Pak Prabowo," katanya. (Faj/P-2)