Wali Kota terpilih Zohran Mamdani berinteraksi dengan para pendukung, Selasa (4/3), di New York, Amerika Serikat.(Keren Carrion/NPR )
WALI Kota New York terpilih, Zohran Mamdani, telah mengumumkan kepemimpinan tim transisinya, Rabu (7/11) waktu setempat, berjanji untuk membentuk pemerintahan yang cakap dan berbelas kasih untuk memimpin kota dan mengubah platform kampanyenya menjadi kebijakan.
Mamdani, 34, terpilih sebagai wali kota ke-111 New York City, berjanji untuk membentuk kembali ibu kota keuangan global dengan membuat kota itu lebih terjangkau bagi penduduk kelas pekerja dan menentang kebijakan Presiden Donald Trump.
Dengan kemenangannya, ia telah mengukir sejarah sebagai wali kota muslim pertama di kota itu, sekaligus yang pertama keturunan Asia Selatan--dan yang pertama lahir di negara Afrika (Uganda). Ia juga akan menjadi wali kota termuda New York City dalam lebih dari satu abad saat ia dilantik pada 1 Januari nanti.
New York selama ini dikenal sebagai simbol kapitalisme global. Di kota ini, beroperasi dua bursa saham terbesar dunia, dan terdapat jumlah miliarder (individu dengan kekayaan di atas satu miliar dolar AS) tertinggi dibandingkan kota lain di seluruh dunia.
Namun di balik gemerlap gedung pencakar langit dan kemewahan Manhattan, New York, juga menyimpan kenyataan sosial yang memprihatinkan. Laporan The New York Times awal Oktober lalu mencatat terdapat lebih dari 140.000 tunawisma yang tinggal di kota tersebut.
Selain itu, New York juga menghadapi berbagai persoalan serius, seperti harga sewa tempat tinggal yang tidak terjangkau dan ketimpangan ekonomi yang semakin melebar.
Lembaga pemikir (think tank) GREAT Institute menyebut kemunculan Mamdani membawa angin segar bagi warga kelas pekerja. Ia menjanjikan kebijakan progresif, seperti pembekuan kenaikan sewa, transportasi umum gratis, serta pendirian toko swalayan milik pemerintah untuk kebutuhan pokok.
Peneliti geopolitik GREAT Institute, Achmad Haikal Kurniawan, menilai kemenangan Mamdani sebagai tanda kebangkitan politik progresif di tengah krisis sosial AS. “Kemenangan Zohran Mamdani menunjukkan bahwa idealisme politik yang berpihak pada rakyat kecil masih mendapat tempat di tengah sistem kapitalisme yang mapan,” ujarnya, Kamis (6/11).
Menurut Haikal, figur Mamdani mewakili perjuangan kaum muda, imigran, dan kelas pekerja yang selama ini terpinggirkan.
Latar belakang Mamdani sebagai muslim keturunan Asia Selatan juga memberi makna historis tersendiri. Di kota dengan populasi Yahudi terbesar di luar Israel, kata Haikal, sikap Mamdani yang konsisten mendukung hak rakyat Palestina menunjukkan keberanian politik yang jarang terlihat di panggung 'Negeri Paman Sam'.
Dukungan terhadapnya menunjukkan bahwa wacana keadilan dan kemanusiaan kini mendapat tempat di tengah masyarakat urban. GREAT Institute menyebut kemenangan Mamdani menjadi inspirasi bagi generasi muda di seluruh dunia untuk tampil dalam politik dengan membawa agenda keadilan sosial.
GREAT Institute berharap momentum politik progresif semacam ini dapat memicu lahirnya kepemimpinan baru di berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan fondasi keberpihakan pada rakyat dan solidaritas kemanusiaan. (B-3)


















































