
MAMALIA tidak hanya mampu menangkap suara dengan baik, tetapi juga memiliki kepekaan tinggi terhadapnya. Sebuah penelitian lintas spesies membandingkan manusia, anjing, dan babi untuk melihat seberapa cepat otak mengenali bunyi, lalu membedakan apakah suara tersebut berasal dari dirinya sendiri atau tidak.
Para peneliti merekam aktivitas otak berupa denyut-denyut kecil saat peserta mendengar suara manusia, anjing, babi, serta berbagai suara sehari-hari. Semua hewan berada dalam kondisi sadar, tenang, tanpa obat penenang, dan proses pencatatan dilakukan menggunakan sensor lembut yang ditempelkan di kulit kepala, bukan melalui implan.
Sebuah tim dari Universitas Eötvös Loránd (ELU), meneliti dua pertanyaan utama tentang pendengaran sosial pada mamalia. Yaitu, yang pertama apakah otak memperlakukan bunyi vokal, sebagai kategori khusus yang berbeda dari bunyi lainnya. Yang kedua, apakah otak juga mampu mengenali serta memberi perhatian lebih pada suara yang berasal dari sesama spesies, sebuah proses yang disebut pengenalan konspesifik.
Melacak sinyal otak ke suara
Penelitian ini menggunakan sensor Electroencephalography (EEG) non-invasif, untuk melihat bagaimana otak merespons suara dengan sangat cepat, melalui sinyal yang disebut potensial terkait peristiwa. Peserta diperdengarkan berbagai klip pendek, seperti tawa, gonggongan, gerutuan, serta suara non-vokal seperti lalu lintas atau pintu ditutup. Melalui rekaman itu, peneliti dapat membandingkan bagaimana otak memproses suara dengan bunyi lain, serta mengamati perbedaan respons terhadap suara sesama spesies dibandingkan suara lain.
Anjing, babi, dan manusia
Penelitian menemukan bahwa anjing tidak menunjukkan kejelasan sinyal “suara apa pun” layaknya manusia dan babi, walaupun mereka hidup berdekatan dengan manusia. Namun, mereka tetap mampu membedakan suara anjing dari suara lain, mendukung gagasan bahwa panggilan sesama spesies lebih penting untuk interaksi sosial.
Sementara itu, babi menampilkan kedua tahap pemrosesan tersebut dengan kecepatan yang mirip manusia. Sehingga memperkuat pandangan bahwa respons awal terhadap suara adalah ciri umum mamalia, bukan hanya khas primata.
Mengurutkan suara-suara dari spesies yang sama
Suara dari sesama spesies menyimpan informasi penting seperti identitas, emosi, dan niat. Sehingga otak memprosesnya lebih mendalam, dengan membandingkan ciri suara pada pola yang sudah dipelajari. Pada manusia mekanisme ini mendukung bahasa, sementara pada mamalia sosial lain berfungsi untuk komunikasi tanpa ucapan.
Masa depan studi suara
Penelitian lanjutan dapat melibatkan lebih banyak spesies dan jenis panggilan, menggunakan EEG portabel di lingkungan alami. Serta dipadukan dengan pencitraan otak, untuk memahami lebih jelas bagaimana otak memproses suara dalam interaksi sosial.
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam teknologi pendukung bagi orang dengan gangguan pendengaran dan membantu kesejahteraan hewan lewat identifikasi sinyal vokal. Juga membedakan mana yang khas manusia dan mana yang umum pada mamalia, yang penting bagi ilmu saraf dan etika. (Earth/Z-2)