Ilustrasi(Freepik)
KONSEP zodiak merupakan bagian dari astrologi, yang membahas posisi dan pergerakan benda-benda langit dengan kepribadian maupun peristiwa yang terjadi di dunia. Istilah astrologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu astron yang berarti bintang.
Secara umum, astrologi berusaha memahami hubungan antara fenomena langit, seperti posisi planet dan bintang, dengan kehidupan manusia serta kejadian yang mungkin terjadi di masa depan.
Meski banyak orang mempercayainya, astrologi tidak tergolong sebagai ilmu pengetahuan karena tidak memiliki dasar empiris yang dapat diuji secara ilmiah.
Walaupun demikian, kepercayaan terhadap astrologi dan zodiak masih bertahan hingga kini, terutama karena dianggap mampu menggambarkan kepribadian dan nasib seseorang.
Sebuah penelitian yang dilakukan tiga psikolog dari Universitas Lund, Swedia, yakni Ida Andersson, Julia Persson, dan Petri Kajonius, menemukan bahwa orang yang mempercayai astrologi cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah serta menunjukkan sifat narsistik yang lebih tinggi.
Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Personality and Individual Differences pada tahun 2022.
Hubungan antara kepercayaan pada astrologi dan kecerdasan
Dalam penelitian tersebut, peneliti mengamati bahwa kepercayaan terhadap astrologi semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Mereka kemudian berupaya mencari tahu apakah terdapat pola kepribadian tertentu di antara orang-orang yang mempercayai sistem kepercayaan yang tidak memiliki dasar ilmiah ini.
Untuk itu, mereka menyusun sebuah kuesioner daring yang bertujuan mengidentifikasi ciri kepribadian peserta.
Kuesioner tersebut dilengkapi dengan versi singkat dari Inventarisasi Kepercayaan Astrologi dan sebuah tes IQ singkat. Sebanyak 264 orang dewasa yang berbahasa Inggris direkrut melalui Facebook untuk mengisi kuesioner tersebut.
Dari jumlah itu, sekitar 87% peserta adalah perempuan, dengan rentang usia antara 25 hingga 34 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa individu yang mempercayai astrologi cenderung memperoleh skor lebih tinggi pada aspek narsistik. Namun, memiliki nilai IQ yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak mempercayainya.
Para peneliti mengartikan hal ini sebagai kecenderungan untuk lebih berpusat pada diri sendiri dan menganggap dirinya Istimewa, meskipun secara kognitif tidak secerdas kelompok lain.
Peneliti juga menemukan hubungan terbalik antara IQ dan tingkat kepercayaan terhadap astrologi, semakin tinggi IQ seseorang, semakin kecil kemungkinannya untuk percaya pada astrologi.
Mengapa orang percaya pada astrologi?
Menurut Arash Emamzadeh, seorang psikolog klinis dan neuropsikolog lulusan Universitas British Columbia, Kanada, ketertarikan terhadap astrologi umumnya meningkat pada masa-masa penuh tekanan, ketidakpastian, atau kebingungan.
Dalam situasi seperti krisis kepribadian, penyakit berat, atau gejolak sosial-politik seperti pandemi dan revolusi, banyak orang mencari makna dan rasa kendali melalui astrologi.
Dengan mempercayai prediksi atau penjelasan astrologi, mereka merasa hidup menjadi lebih teratur dan dapat diprediksi.
Emamzadeh juga menambahkan bahwa keyakinan terhadap astrologi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, spiritualitas, gaya berpikir, sikap, kepribadian, dan kemampuan kognitif.
Salah satu faktor yang menarik adalah keterkaitannya dengan sifat narsistik, terutama di kalangan generasi muda. Keinginan untuk menonjolkan keunikan diri dan memandang dunia secara egosentris dapat memperkuat kecenderungan untuk mempercayai astrologi.
Meski demikian, para peneliti mengakui bahwa studi ini memiliki beberapa keterbatasan, seperti penggunaan sampel yang tidak acak, dominasi peserta perempuan muda, serta penggunaan versi pendek dari alat ukur kepercayaan dan tes IQ.
Oleh karena itu, penelitian lanjutan dengan metode yang lebih komprehensif masih diperlukan untuk mengonfirmasi temuan-temuan tersebut. (phys.org, sciencedirect.com/Z-1)


















































