Ilustrasi(freepik)
SEBUAH penelitian terbaru mengungkapkan penerbangan luar angkasa memengaruhi tubuh pria dan perempuan secara berbeda. Astronot pria lebih sering mengalami perubahan bentuk bola mata, sementara astronot perempuan menunjukkan pergeseran cairan otak yang lebih besar di bagian atas kepala setelah misi panjang.
Penelitian ini dipimpin Rachael D. Seidler dari University of Florida’s Astraeus Space Institute (UF). Timnya menganalisis hasil pemindaian otak dan pemeriksaan mata sebelum dan sesudah penerbangan luar angkasa. Hasil studi menunjukkan sekitar 70% astronot yang bertugas di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) mengalami perubahan penglihatan selama berada di orbit.
“Menariknya, perubahan pada mata lebih banyak terjadi pada pria dibanding wanita,” kata Seidler, yang juga profesor fisiologi terapan di UF. Ia mencatat bahwa kemungkinan pria mengalami perubahan ini sekitar tiga kali lebih tinggi, meski temuan tersebut masih perlu dikonfirmasi melalui penelitian dengan sampel yang lebih seimbang.
Sindrom Penglihatan Astronot
Kondisi yang dikenal sebagai Spaceflight Associated Neuro-ocular Syndrome (SANS) menjadi salah satu masalah kesehatan utama bagi astronot. SANS mencakup berbagai perubahan seperti pembengkakan saraf optik, lipatan pada koroid, gangguan refraksi, hingga perataan bagian belakang bola mata (globe flattening).
Perataan bola mata ini dapat memengaruhi fokus penglihatan dan dalam beberapa kasus bertahan hingga setahun setelah kembali ke Bumi. Studi juga menunjukkan adanya kaitan antara perubahan ini dengan hambatan aliran darah vena di kepala dan leher selama di ruang angkasa.
Beberapa langkah pencegahan seperti lower body negative pressure, alat yang membantu menarik cairan tubuh ke bagian bawah, tengah diuji untuk mengurangi penumpukan cairan di kepala.
Otak Perempuan Bereaksi Berbeda
Sementara itu, astronot perempuan menunjukkan penurunan kadar air bebas di dekat bagian atas otak, yang menandakan perbedaan fisiologis dalam cara otak beradaptasi terhadap kondisi tanpa gravitasi. Meski begitu, tim peneliti tidak menemukan hubungan langsung antara perubahan pada otak dan mata.
Penelitian juga mengindikasikan gejala SANS pada perempuan cenderung berbeda. Mereka lebih sering mengalami perataan bola mata atau perubahan ke arah rabun dekat, tanpa pembengkakan saraf optik yang umum terjadi pada pria.
Menjaga Kesehatan Penglihatan di Misi Panjang
Seidler menekankan pentingnya pemantauan perubahan bola mata selama dan setelah misi luar angkasa. Temuan ini dapat membantu merancang strategi pemantauan dan pencegahan berbasis jenis kelamin, terutama untuk misi jangka panjang seperti ke Bulan atau Mars.
Dengan semakin banyaknya astronot perempuan dan kolaborasi internasional, data baru diharapkan dapat membantu ilmuwan memahami penyebab pasti perubahan tersebut dan mengembangkan langkah-langkah pencegahan agar penglihatan astronot tetap tajam di luar angkasa. (Earth/Z-2)


















































