Pendanaan Inovasi Global Capai Titik Terendah, Apa Penyebabnya?

2 hours ago 1
Pendanaan Inovasi Global Capai Titik Terendah, Apa Penyebabnya? Ilustrasi.(Freepik)

MENURUT proyeksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dirilis, kemarin, pertumbuhan pendanaan inovasi dunia kini berada di titik terendah sejak 2010. Inflasi yang tinggi serta menurunnya kesepakatan modal ventura dinilai menekan belanja penelitian dan pengembangan (litbang).

Dalam laporan tahunan Global Innovation Index (GII) 2025, yang dirilis Organisasi Hak Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO), menempatkan Swiss sebagai negara paling inovatif selama 15 tahun berturut-turut. Swedia dan Amerika Serikat (AS) mempertahankan posisi kedua dan ketiga sementara Tiongkok naik satu peringkat dan menembus 10 besar.

Meski peringkat negara teratas tidak banyak berubah, WIPO menyoroti perlambatan tajam pada pendanaan inovasi. "Bahan bakar yang menggerakkan mesin inovasi, yaitu modal dan pembiayaan, tidak melimpah seperti sebelumnya," kata Direktur Jenderal WIPO, Daren Tang dikutip AFP, Selasa (16/9).

"Setelah satu dekade ekspansi pesat dalam belanja litbang dan investasi modal ventura, kita menyaksikan pergeseran," tambahnya. Menurut laporan tersebut, pertumbuhan belanja litbang global turun menjadi 2,9% pada tahun lalu dari 4,4% di tahun sebelumnya dan diperkirakan melambat lagi menjadi 2,3% sepanjang tahun ini.

Belanja litbang bisnis, yang mencakup lebih dari 70% secara global, diproyeksikan hanya naik 1,4% pada 2024. Pada 2025, jika Tiongkok dan AS dikeluarkan dari perhitungan, proyeksinya jauh di bawah rata-rata 4,6% dalam 10 tahun terakhir.

"Jika perkiraan ini terbukti benar," tulis laporan tersebut, "Ini akan menjadi tingkat pertumbuhan terendah yang pernah tercatat sejak 2010 atau tahun setelah krisis keuangan dan Resesi Hebat," tambahnya.

Laporan itu menambahkan bahwa pengeluaran litbang bisnis akan berada pada tingkat yang sama dengan pengeluaran litbang total. Ini tergolong situasi yang belum pernah terjadi sejak awal 2000-an.

Di sisi lain, nilai pendanaan modal ventura (VC) secara global naik 7,7% tahun lalu. Namun WIPO menekankan bahwa lonjakan ini terutama berasal dari kesepakatan besar di AS dan meningkatnya investasi pada kecerdasan buatan generatif. Tanpa faktor tersebut, nilai VC justru menyusut.

Jumlah kesepakatan VC juga turun 4,4% secara global selama tiga tahun berturut-turut, menandakan sikap hati-hati investor di luar sektor tertentu. "Mesin inovasi global tidak berjalan lancar," ucap Tang.

"Pertumbuhan investasi R&D yang lebih lambat dan penurunan aktivitas VC mengingatkan kita bahwa inovasi membutuhkan komitmen hulu dan finansial yang berkelanjutan," lanjutnya.

Meski demikian, ada sedikit optimisme. Kepala Departemen Ekonomi dan Analisis Data WIPO, Sacha Wunsch-Vincent, mengatakan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral diharapkan menurunkan inflasi. "Itu kabar baik, menurut saya, untuk masa depan inovasi," ujarnya.

Terkait Indonesia, negara kita kembali mempertahankan status sebagai negara overperformer dalam laporan GII 2025. Tahun ini, Indonesia menempati posisi ke-55 dari 139 negara yang dievaluasi.

Peringkat tersebut menempatkan Indonesia di antara negara berpenghasilan menengah yang paling konsisten naik sejak 2013. Status overperformer menunjukkan bahwa kinerja inovasi Indonesia melampaui ekspektasi untuk tingkat pembangunan ekonominya, terutama berkat kemajuan dalam kecanggihan bisnis dan kemampuan penyerapan pengetahuan. (Fer/I-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |