
PRESIDEN Argentina Javier Milei mengalami kekalahan elektoral terbesar sejak menjabat, di tengah melambatnya ekonomi dan skandal korupsi yang menyeret lingkaran dalam pemerintahannya.
Dalam pemilu legislatif lokal pada Minggu (8/9) di Provinsi Buenos Aires, wilayah dengan hampir 40% pemilih nasional. Koalisi Milei kalah telak dari oposisi dengan perolehan suara 34% berbanding 47%.
Hasil ini menjadi pukulan besar. Pasalnya Milei menggambarkan pemilu tersebut sebagai “pertarungan hidup dan mati” bagi pemerintahannya, menjadikannya semacam referendum nasional atas kebijakan yang ia jalankan.
Bayangan Skandal dan Ekonomi Lesu
Kekalahan Milei terjadi di tengah sorotan publik terhadap dugaan skema korupsi yang melibatkan kakaknya, Karina Milei, salah satu tokoh paling berpengaruh di pemerintahan. Selain itu, kondisi ekonomi yang memburuk turut memperlemah dukungan.
“Ini baru awal dari masa terburuk pemerintahan Milei,” kata sosiolog Juan Gabriel Tokatlian. Ia menambahkan, tantangan lebih besar menanti pada 26 Oktober mendatang, ketika Argentina menggelar pemilu paruh waktu untuk memperbarui separuh kursi DPR dan sepertiga senat.
Sejak menjabat pada Desember 2023, Milei memangkas belanja publik, memecat puluhan ribu pegawai negeri, dan meluncurkan deregulasi besar-besaran. Namun, inflasi tetap tinggi, upah nyaris tidak bergerak, dan pertumbuhan ekonomi melemah.
Kontroversi lain juga mencuat setelah Milei mempromosikan token kripto bernama $Libra yang sempat melonjak drastis sebelum anjlok, memicu puluhan tuntutan hukum atas dugaan penipuan.
Reaksi Publik dan Politik
Meski mengakui “kekalahan jelas” dan sejumlah “kesalahan politik,” Milei menegaskan tidak akan mundur. “Kami tidak akan mundur satu milimeter pun. Justru kami akan mempercepat dan memperdalam kebijakan ini,” ujarnya.
Namun, tanda-tanda ketidakpuasan rakyat semakin nyata. Dua pekan lalu, Milei dilempari batu oleh pengunjuk rasa saat berkampanye. Parlemen nasional juga baru saja membatalkan veto presiden terkait kenaikan pensiun dan tunjangan disabilitas, langkah yang belum pernah terjadi dalam lebih dari dua dekade.
Tingkat partisipasi pemilu lokal tercatat hanya 65%, turun 10% dari pemilu sebelumnya. Banyak pemilih yang sebelumnya mendukung Milei justru memilih golput kali ini.
Alejandro Daniel Pons, 57, arsitek dari Mar del Plata, mengaku kecewa. “Dia tahu soal ekonomi, tapi terlalu menekan rakyat kecil. Kesalahan itu berbalik menghukumnya di pemilu,” ujarnya.
Sementara itu, Valentina Villagra, 27, seorang mahasiswa dari Hurlingham, menilai kebijakan Milei merusak hak sosial yang telah diperjuangkan rakyat. “Satu-satunya jawaban bagi kami adalah kembali ke Peronisme,” katanya. (The Guardian/Z-2)