Pembekalan Para Pihak Perkuat Keterpaduan Pengelolaan DAS Ciliwung

4 hours ago 5
Pembekalan Para Pihak Perkuat Keterpaduan Pengelolaan DAS Ciliwung Pembekalan para pihak dalam upaya menjaga keberlanjutan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung sekaligus mendukung target iklim nasional FOLU Net Sink 2030.(MI/HO)

GERAKAN Ciliwung Bersih (GCB) menggelar pembekalan para pihak dalam upaya menjaga keberlanjutan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung sekaligus mendukung target iklim nasional FOLU Net Sink 2030.

Kegiatan ini berlangsung pada 2–4 September 2025 di Ruang Meeting Candi Kalasan, Grand Sahid Hotel, Jakarta, yang dibuka Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan Dyah Murtiningsih dengan melibatkan 60 peserta dari unsur kementerian/lembaga, pemerintah daerah, akademisi, organisasi masyarakat sipil, komunitas lokal, sektor swasta, hingga media.

Forum strategis ini diinisiasi untuk membangun pemahaman bersama, kolaborasi lintas sektor, serta mendorong lahirnya rekomendasi konkret demi pengelolaan DAS yang terpadu, inovatif, dan berkelanjutan. 

Selama tiga hari, para peserta mengikuti sesi pembekalan dari 12 narasumber, diskusi panel, hingga sesi tanya jawab interaktif. 

Ketua Umum (GCB) Peni Susanti, dalam paparannya, menekankan pentingnya kebersamaan lintas sektor dalam menjaga kelestarian Sungai Ciliwung.

“Gerakan Ciliwung Bersih lahir sejak 1989 dari keprihatinan atas kondisi air Ciliwung yang kala itu sudah menyerupai air comberan. Sejak awal, kami percaya bahwa sungai tidak bisa diselamatkan oleh satu pihak saja. Diperlukan kolaborasi pemerintah, akademisi, swasta, media, dan terutama masyarakat,” ujar Peni.

Peni menambahkan, program-program GCB seperti Sekolah Sungai, Ciliwung Center, ekowisata edukatif, hingga inovasi Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS), telah terbukti mampu menggerakkan partisipasi masyarakat. 

“Kunci keberlanjutan gerakan ini ada pada penguatan kapasitas, pengakuan terhadap kontribusi masyarakat, serta konsistensi membangun sinergi. Harapan kami, model kolaboratif Ciliwung dapat menjadi benchmark bagi pengelolaan sungai di daerah lain,” jelasnya.dan juga mendukung terbentuknya LOCAl CHampion disepanjang Sungai Ciliwung dari Hulu hingga Hilir

Pentingnya Perspektif Ekosistem dan ESG

Dalam sesi materi, Koordinator SDGs Hub UI Triarko Nurlambang, menyoroti transformasi pola pikir dari paradigma “egosystem” menuju “ecosystem”. Ia menekankan bahwa setiap aktor, baik pemerintah maupun swasta, harus menempatkan kepentingan kolektif di atas kepentingan sektoral.

“Pendekatan ekosistem dalam pengelolaan DAS bukan sekadar jargon. Ini adalah syarat keberlanjutan. Melalui kerangka ESG (Environmental, Social, Governance), organisasi dapat memperkuat reputasi, memperluas jejaring kerja sama, bahkan menarik investor. Dengan demikian, pengelolaan Ciliwung tidak hanya berbicara tentang lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi berkelanjutan,” papar Triarko.

Sementara itu, Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Perubahan Iklim Prof. Haruni Krisnawati menegaskan pentingnya DAS yang sehat sebagai instrumen mitigasi perubahan iklim. Menurutnya, aktivitas manusia seperti alih fungsi lahan dan eksploitasi sumber daya alam memperparah krisis lingkungan global.

“Hutan di hulu DAS adalah penyerap karbon alami sekaligus pengatur siklus air. Reforestasi dan rehabilitasi vegetasi bukan hanya mendukung FOLU Net Sink 2030, tetapi juga membuka peluang ekonomi karbon bagi masyarakat,” ungkap Haruni.

Ia juga menekankan perlunya kolaborasi pentahelix – pemerintah, swasta, akademisi, masyarakat, dan media – agar pengelolaan DAS dapat menjadi solusi sistemik dalam menghadapi dampak perubahan iklim.

Kolaborasi sebagai Solusi Kompleksitas

Menguatkan pandangan tersebut, Pemerhati Masalah Perkotaan Khairul Ishak Mahadi, dalam sesi diskusi hari ketiga menyoroti kompleksitas banjir tahunan di Jakarta yang berakar pada degradasi DAS Ciliwung. Menurutnya, pendekatan sektoral dan jangka pendek tidak akan mampu menyelesaikan persoalan multidimensi ini.

“Solusi harus berbasis kolaborasi lintas sektor dengan prinsip inklusivitas, kesetaraan, transparansi, dan partisipasi aktif. Kunci keberhasilan ada pada trust building dan komitmen jangka panjang antar-stakeholder,” jelas Khairul.

Ia mengusulkan pembentukan forum terpadu dengan integrasi data, pendanaan bersama, dan aksi kolaboratif berkesinambungan sebagai strategi konkret dalam memperbaiki tata kelola DAS.

Menuju FOLU Net Sink 2030

Dirjen Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Hutan Dyah Murtiningsih, dalam keynote speech-nya menyampaikan bahwa pengelolaan DAS memiliki peran vital dalam pencapaian target FOLU Net Sink 2030.

“Target FOLU Net Sink 2030 hanya dapat tercapai jika kita berhasil menjaga kesehatan DAS. Kolaborasi lintas pihak yang tercermin dalam forum ini menjadi contoh nyata bahwa komitmen Indonesia bukan hanya di atas kertas, tetapi diwujudkan dalam aksi bersama,” tutur Dyah.

Dengan berakhirnya kegiatan ini, para peserta sepakat untuk melanjutkan sinergi melalui jaringan komunikasi, aksi kolaboratif, serta monitoring berkelanjutan. Harapannya, DAS Ciliwung dapat menjadi model pengelolaan sungai terpadu yang berkontribusi langsung terhadap ketahanan lingkungan, kesejahteraan masyarakat, dan komitmen iklim global Indonesia. (Z-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |