
MILITER Israel kembali melancarkan serangan besar-besaran di Kota Gaza dan wilayah sekitarnya pada Sabtu (20/9). Serangan itu menargetkan terowongan bawah tanah dan struktur jebakan, menewaskan sedikitnya 60 warga Palestina.
Kampanye intensif ini dimulai pekan lalu dengan fokus pada penghancuran gedung-gedung tinggi di Kota Gaza, disertai operasi darat. Pasukan Israel yang menguasai sisi timur kota menggempur kawasan Sheikh Radwan dan Tel Al-Hawa, yang menjadi lokasi perlindungan warga sipil.
Militer Israel mengeklaim telah menghancurkan sekitar 20 blok menara di Gaza dalam dua pekan terakhir. Media Israel menyebut lebih dari 500.000 orang telah mengungsi sejak awal September, meski Hamas menyebut jumlahnya jauh lebih sedikit, yakni 300.000 orang, dengan sekitar 900.000 warga masih bertahan di dalam kota, termasuk sandera Israel.
Sandera Jadi Alat Tekanan
Sayap militer Hamas merilis montase gambar sandera Israel melalui Telegram, memperingatkan bahwa operasi militer Israel dapat membahayakan nyawa mereka.
Hamas juga menyebut sejak 11 Agustus, Israel telah menghancurkan lebih dari 1.800 rumah serta lebih dari 13.000 tenda pengungsian.
Dampak Kemanusiaan Perang
Hampir dua tahun konflik membuat korban jiwa di Gaza melampaui 65.000 orang, menurut otoritas kesehatan setempat. Serangan Israel juga menghancurkan sebagian besar bangunan, memicu kelaparan, dan memaksa jutaan orang mengungsi berulang kali.
Israel membantah tuduhan memperburuk krisis pangan, menuding Hamas sebagai pihak yang bertanggung jawab. COGAT, unit militer Israel yang mengawasi jalur bantuan, menuduh Hamas menembaki tim PBB dan menghalangi pembukaan rute kemanusiaan baru di selatan Gaza.
Hamas menolak tuduhan itu. "Kami menyerukan siang dan malam agar organisasi-organisasi PBB melaksanakan pekerjaan kemanusiaan dan bantuan mereka," kata seorang pejabat senior media Hamas.
Pengakuan Palestina oleh Dunia
Di tengah eskalasi pertempuran, 10 negara termasuk Australia, Belgia, Inggris, dan Kanada dijadwalkan secara resmi mengakui Palestina sebagai negara merdeka pada Senin (22/9), menjelang Sidang Umum PBB pekan depan. Langkah ini dipandang sebagai sinyal dukungan internasional atas perjuangan Palestina di tengah konflik yang berkepanjangan.
Perang bermula dari serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya. Hingga kini, 48 sandera masih berada di Gaza dengan sekitar 20 orang diperkirakan masih hidup. (Arab News/Fer)