Ilustrasi(Dok ist)
PARA pelaku usaha meeting, incentive, convention, exhibition (MICE), event, dan multievent yang tergabung dalam dua asosiasi besar sektor pariwisata di Tanah Air menyambut baik langkah pemerintah mendorong penciptaan pertumbuhan ekonomi yang cepat.
Kedua asosiasi itu yakni Indonesia Congress and Convention Association (Incca) dan Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) juga mengapresiasi upaya pemerintah yang menerima pengaduan terkait hambatan yang terjadi di sektor swasta, termasuk sektor pariwisata, MICE, event, dan multievent.
”Kami mengapresiasi langkah pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang membenahi permasalahan dunia usaha khususnya sektor pariwisata, MICE, event, multievent untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan mendorong tumbuhnya investasi serta perdagangan untuk menghidupkan kembali mesin ekonomi."
"Incca-Asita mendukung langkah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa untuk melakukan transformasi lebih baik guna mencapai tujuan itu,” kata Ketua Umum DPP Incca Iqbal Alan Abdullah, di Jakarta, Rabu (1/10).
Ia mengatakan industri MICE, event, dan multievent menjadi salah satu industri yang tumbuh cepat dengan rata-rata pertumbuhan industri MICE global berada pada kisaran 8–12% per tahun.
Namun, menurut Iqbal, setidaknya ada tiga masalah yang dihadapi pelaku usaha terkait MICE, event, dan multievent. Pertama, soal event yang dibiayai negara atau APBN/APBD/BUMN/BUMD, yakni pembayarannya 100% selalu dilakukan setelah kegiatan itu berlangsung.
”Biasanya baru dibayar tiga bulan setelah event atau setelah membuat laporan pelaksanaan kegiatan, padahal supplier seperti tiket, hotel, katering, dan souvenir harus dibayarkan uang muka 50% hingga pelunasan sampai 2 minggu sebelum tanggal kegiatan. Bayangkan, jika event besar sampai ratusan miliar, kita sebagai perusaahan penyelenggara harus menalangi dulu semua, itu sangat memberatkan,” katanya.
Kedua, skema pembiayaan perbankan ternyata tak mudah. Bunga bank cukup tinggi dan terlalu banyak syarat yang memberatkan. Agunan tidak bisa hanya tanah tapi harus ada bangunannya, dan itu hanya dihargai 50-60% dari NJOP sehingga terpaksa harus menyediakan aset jauh lebih besar daripada nilai pinjaman. Kondisi ini membuat industri sulit berkembang.
”Incca-Asita berharap pada pemerintah terutama Menteri Keuangan untuk mendorong pembayaran kepada pemenang tender kegiatan MICE, event dan multievent dengan uang muka dan pembayaran bertahap hingga kegiatan selesai, seperti diberlakukan untuk kontraktor dan lainnya. Kemudian pemerintah bisa memberikan kemudahan kredit perbankan untuk mendukung kegiatan atau event yang dibiayai APBN/APBD/BUMN/BUMD dengan jaminan sampai 150%,” ujarnya.
Sebagai perbandingan di negara lain seperti, Singapura dan Australia, jika berkontrak dengan pemerintah dapat menjaminkan kontrak tersebut sampai 70% dari nilai kontrak, bahkan bank-bank swasta bisa memberikan pinjaman 60-70% kalau dapat menunjukkan PO (purchase order).
Masalah ketiga, papar Iqbal, yakni rumitnya permasalahan bagi pelaku usaha pariwisata, MICE, event dan multievent lantaran banyak anggota asosiasi yang hingga kini belum dibayar atas pekerjaan sebagai vendor pada kegiatan multi sport event seperti PON XX 2021 di Papua.
”Kami harap Menteri Keuangan bisa membantu anggota asosiasi kami untuk menyelesaikan masalah itu agar usaha pariwisata khususnya MICE, event, dan multievent bisa berjalan lebih cepat lagi untuk berkontribusi bagi percepatan pertumbuhan ekonomi kita,” pungkas Iqbal. (H-2)


















































