PEMERINTAH menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional 6%-8%, dan industri baja dinilai punya peran strategis sebagai fondasi pembangunan. Namun, derasnya arus impor baja justru mengancam keberlangsungan industri dalam negeri.
Forum Komunikasi Ketahanan Industri Baja Nasional yang terdiri dari berbagai asosiasi baja hulu hingga hilir mendeklarasikan komitmen memperkuat industri baja nasional dalam acara di Hotel Gran Melia Jakarta, Jumat (12/9).
Para pelaku industri menyuarakan keresahan atas banjir impor baja yang terus membebani produsen lokal.
Direktur Eksekutif IISIA, Harry Warganegara, menegaskan bahwa baja merupakan komponen vital bagi berbagai sektor strategis.
“Hal ini bukan hanya mengancam keberlangsungan perusahaan baja, tetapi juga mengancam multiplier effect yang dihasilkan industri baja terhadap perekonomian nasional,” ucapnya.
Ia mendesak pemerintah segera menghentikan impor yang merugikan.
Ketua Umum IZASI, Stephanus Koeswandi, menambahkan bahwa ketimpangan neraca perdagangan baja sudah sangat mengkhawatirkan. Dari konsumsi baja nasional sebesar 18,58 juta ton pada 2024, produksi domestik hanya menyumbang 15,82 juta ton. Sementara, volume impor mencapai 8,72 juta ton, jauh melebihi ekspor yang hanya 5,96 juta ton.
“Kondisi ini tidak hanya mengganggu stabilitas rantai pasok nasional, tetapi juga melemahkan daya saing industri baja dalam negeri,” ujarnya.
Ia mencontohkan kebijakan Kanada yang menggunakan sistem kuota terbuka dan transparan sebagai alternatif pengendalian impor yang adil dan terukur.
Sementara itu, Ketua Umum ISSC, Budi Harta Winata, memaparkan enam tuntutan utama kepada pemerintah, antara lain: pengetatan impor, moratorium investasi asing pada produk sejenis, perlindungan perdagangan (BMAD & BMTP), penguatan standar SNI dan TKDN, harmonisasi tarif baja, dan larangan impor baja konstruksi terfabrikasi.
Budi menegaskan bahwa batas waktu pelaksanaan tuntutan tersebut adalah hingga 28 Oktober, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. Ia menyebut hari itu sebagai momentum ‘Sumpah Baja’, simbol kebangkitan industri baja nasional.
“Kalau sampai sebelum 28 Oktober Sumpah Pemuda, dan belum ada solusi untuk stop impor baja ini. saya sebagai ketua umum ISSC akan menyetujui mereka berdemo di gedung DPR RI,” tegasnya. (E-4)