
KETUA KSM Rehabilitasi Medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Siti Chandra Widjanantie, mengatakan rehabilitasi pada saat pemulihan tuberkulosis (TB) bisa dilakukan dengan melakukan latihan batuk efektif.
"Jadi batuk efektif adalah membatukkan dengan metode huff cough, supaya mengeluarkan dulu naik ke atas, disapu dengan aliran udara, baru terakhir akan dibatukkan dengan kuat (cough). Kita mengenal itu, dari rehabilitasi sebagai batuk efektif," kata Siti, dikutip Kamis (27/3).
Latihan batuk efektif meliputi komponen organ seperti otot yang kuat untuk kontraksi, tarik nafas dan buang nafas, dan diafragma untuk mengeluarkan udara keluar.
Latihan ini perlu dilakukan berulang supaya yang membuat gatal, iritasi atau lendir yang menempel di saluran pernapasan bisa keluar.
Siti mengatakan kemampuan membersihkan jalan nafas ini sangat menentukan dari fungsi respirasi.
Batuk yang terus menerus karena ada iritasi di saluran nafas sampai ke lumbung paru sampai jaringan paru, sehingga mengganggu mengeluarkan dahak dan metabolik yang ada dari infeksi TB. Jika pasien bisa batuk dengan efisien, bisa memperbaiki jalur nafas yang teriritasi.
"Kalau penumpuk jadi sesak, pengembangan paru juga bisa nggak optimal karena adanya proses infeksi, sehingga stiffening atau fibrosis itu menyebabkan jaringannya susah mengembang, pasiennya juga oksigenasinya kurang, jadi cepat lelah dan kualitasnya juga akan terganggu," kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Siti mengatakan dokter dari rehabilitasi medik akan membantu pasien mengatur pernapasan agar paru-paru lebih rileks, mencari posisi nyaman, mengontrol nafas supaya batuknya tidak terus menerus, dan membantu mengembangkan paru jika pasien sesak.
Ia juga mengajarkan pada pasien TB untuk bisa mengontrol batuk, jika tidak perlu batuk, pasien harus bisa menahan batuknya dengan menekan refleks batuk. Namun, jika batuk ingin mengeluarkan dahak, pasien bisa seefisien mungkin menarik dahak keluar dan dibatukkan dengan kekuatan coughing.
"Diharapkan pasien akan bisa mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih optimal, karena keluhan ini muncul dari mulai saat pasien sedang menjalani tata laksana terapi sampai dengan pasien terapi, dan batuk ini mungkin dianggap biasa saja, tapi makin ke depan tentunya
akan sangat mengganggu," pungkas Siti. (Ant/Z-1)