
MAJELIS Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengesahkan Deklarasi New York mengenai Penyelesaian Damai Isu Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara.
Dari 142 negara yang memberikan dukungan, hanya 10 negara menolak dan 12 negara memilih abstain.
Papua Nugini termasuk dalam daftar penolak bersama Amerika Serikat, Israel, Hungaria, Argentina, Paraguay, Nauru, Mikronesia, Palau dan Tonga. Sementara negara yang abstain antara lain Albania, Kamerun, Ekuador, Kongo, Ethiopia, Fiji, Guatemala, Moldova, Makedonia Utara, Samoa, Sudan Selatan dan Republik Ceko.
Deklarasi ini merupakan inisiatif Prancis dan Arab Saudi. Isinya mencakup peta jalan untuk perdamaian di Palestina, termasuk gencatan senjata permanen di Gaza, pembebasan sandera, penarikan penuh pasukan Israel, hingga pembentukan Misi Stabilisasi PBB.
Misi tersebut diharapkan mampu melindungi warga sipil, memperkuat aparat keamanan Palestina, serta menjamin keamanan bagi kedua pihak.
Lantas, mengapa Papua Nugini menolak deklarasi tersebut? Menurut pakar politik dan keamanan internasional dari Universitas Murdoch Australia Ian Wilson, negara-negara Kepulauan Pasifik seperti Papua Nugini lebih condong mendukung Israel dibanding Palestina.
"Negara Kepulauan Pasifik seperti Papua Nugini tidak mendukung Palestina, dan sebaliknya sangat mendukung Israel, karena mereka melihat orang-orang Yahudi sebagai manusia yang dipilih Tuhan," kata Ian.
Ia menambahkan bahwa pandangan tersebut umumnya mengakar di kalangan pengikut aliran Kristen Evangelis, yang menganggap Israel sebagai tanah suci. (CNN/Fer/I-1)