Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar pada Financial Expo (FinExpo), di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (24/10/2025).(OJK Jatim)
DI tengah badai ketidakpastian global akibat tensi perdagangan dan risiko geopolitik, ekonomi Indonesia membuktikan ketahanannya. Laporan Kinerja Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Triwulan II-2025 mencatat Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh solid sebesar 5,12% (yoy).
"Angka ini melampaui ekspektasi konsensus pasar sebesar 4,8%," demikian keterangan resmi OJK yang dilansir Media Indonesia di Jakarta, Rabu (29/10/2025).
Menurut OJK, kinerja solid ini ditopang oleh lonjakan signifikan pada komponen investasi (6,99% yoy) yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 2,12% (yoy). Disebutkan pula bahwa lonjakan investasi ini bersumber dari belanja modal pemerintah serta meningkatnya impor barang modal.
Dari sisi harga, inflasi dilaporkan terkendali pada 1,87% (yoy) di bulan Juni 2025. Inflasi inti juga melandai hingga ke level 2,37%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tekanan permintaan di pasar domestik masih terbatas.
"Dari sisi sektoral, industri pengolahan menjadi motor utama dengan kontribusi 18,67% terhadap PDB dan tumbuh 5,68% (yoy)," sebut OJK.
Pihak OJK menambahkan, kinerja sektor eksternal Indonesia juga dalam kondisi yang kuat. Hal ini tercermin dari surplus neraca perdagangan sebesar USD 4,1 miliar pada Juni 2025 sejalan dengan pertumbuhan ekspor yang solid sebesar 11,29% (yoy).
"Neraca perdagangan berhasil mencatat surplus didorong oleh ekspor manufaktur yang memberikan kontribusi sangat signifikan. Ekspor manufaktur mencapai 16,75% (yoy)," kata OJK.
Kinerja perbankan terjaga baik
Sementara itu, kinerja sektor perbankan Indonesia pada Triwulan II-2025 dilaporkan tetap terjaga baik dan solid. Hal ini tercermin dari meningkatnya fungsi intermediasi perbankan.
"Performa yang baik juga didukung Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 6,96% (yoy) yang diikuti dengan pertumbuhan kredit sebesar 7,77% (yoy)," tulis OJK.
Ketahanan perbankan juga terbilang kuat. Pada Juni 2025, rasio kecukupan modal (CAR) bank mencapai 25,81%, menunjukkan kemampuan bank yang memadai dalam menyerap risiko. Selain itu, risiko kredit juga melandai, dengan rasio kredit bermasalah (NPL gross) turun menjadi 2,22%.
"Secara umum ketahanan perbankan pada Juni 2025 masih terjaga serta menunjukkan kemampuan bank yang memadai dalam menyerap risiko dengan indikator CAR sebesar 25,81%. Risiko kredit juga terjaga dan melandai dengan rasio NPL gross turun 4 bps menjadi 2,22% dari 2,26% pada tahun sebelumnya, masih jauh di bawah threshold," terang OJK.
Aset Konglomerasi Keuangan Tembus Rp10.192 Triliun
OJK melaksanakan pengawasan terhadap 17 Konglomerasi Keuangan (KK) dan 118 Lembaga Jasa Keuangan (LJK) pada periode ini. Hasilnya, total aset KK per 30 Juni 2025 tercatat sebesar Rp10.192 triliun, meningkat sebesar 3,25% jika dibandingkan dengan posisi akhir 2024 (Rp9.861 triliun).
"Peningkatan tersebut terutama karena peningkatan sumber pendanaan DPK dari Rp6.981 triliun pada Desember 2024 menjadi Rp7.065 triliun pada Juni 2025. Di sisi aset terjadi peningkatan jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan dari Rp6.386 triliun menjadi Rp6.611 triliun."


















































